Selasa 08 Oct 2019 17:01 WIB

AS Berhasil Pertahankan Status Eliminasi Campak

Angka penderita campak di AS capai jumlah tertinggi.

Rep: Febryan A/ Red: Indira Rezkisari
Petugas medis memperlihatkan botol berisi vaksin campak.
Foto: EPA
Petugas medis memperlihatkan botol berisi vaksin campak.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lebih dari 1.200 orang di Amerika Serikat (AS) mengidap penyakit campak tahun ini. Angkanya mencapai jumlah tertinggi sejak 1992.

Meski demikian, status eliminasi atau bebas campak berhasil dipertahankan AS usai wilayah dengan korban terbanyak berhasil dipulihkan.

Baca Juga

Pejabat kesehatan New York mendeklarasikan pada Kamis (3/10) lalu, bahwa negara bagiannya telah berhasil mengkhiri penularan epidemi tersebut setelah hampir setahun mewabahi warga. Diketahui warga New York merupakan yang paling banyak menderita campak, jumlahnya 75 persen dari total keseluruhan di AS.

Penderita terbanyak di sana adalah anak-anak dari komunitas Yahudi Ortodok yang menolak vaksin.

Status eliminasi campak AS, yang sudah diperoleh sejak tahun 2000, sebenarnya hampir saja dicabut jika penyakit campak tak kunjung teratasi dalam beberapa bulan kedepan. Sebab, status eliminasi penyakit di AS dinyatakan dicabut jika penyebarannya mencapai 12 bulan. Sedangkan tahun ini hanya 10 bulan.

"Kami sangat senang dengan berhentinya wabah campak di New York dan status eliminasi penyakit campak tetap bertahan di AS," kata Sekretaris Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan AS, Alex Azar, sebagaimana dikutip laman Malay Mail.

Meski demikian, ujar Azar, wabah campak tahun ini adalah alaram pengingat tentang bahaya penyebaran informasi sesat terkait vaksin anti-campak. "Oleh karena itu pemerintahan Trump akan terus memprioritaskan kerja sama dengan komunitas-komunitas dan mempromosikan vaksin sebagai hal termudah yang bisa dilakukan untuk mebuat Anda dan keluarga Anda tetap sehat," papar Azar.

Berdasarkan catatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, terdapat 1.249 orang yang menderita campak sejak 1 Januari hingga 4 Oktober 2019. Namum, AS tak sendiri, karena memang angka penyebaran sakit campak meningkat tahun ini di seluruh dunia berdasarkan data WHO.

Angka penderita campak tahun ini di seluruh dunia merupakan jumlah tertinggi sejak tahun 2006. Adapun negara lain yang juga terserang wabah campak adalah Inggris Raya, Yunani, Venezuela, dan Brazil yang terpaksa kehilangan status eliminasinya.

Peningkatan jumlah penderita campak ini disebut karena pertumbuhan gerakan anti-vaksin di seluruh dunia. Kelompok yang menolak itu menuding bahwa vaksin akan mengakibatkan anak-anak menjadi autis.

Padahal, campak itu disebabkan oleh virus dan dapat menyebabkan komplikasi serius. Seperti pneumonia dan radang otak yang dapat merusak tubuh dan bahkan mematikan, terutama pada anak-anak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement