REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Penyelenggaraan secara mandiri Festival Lima Gunung oleh kalangan seniman petani Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, selama ini memberikan inspirasi kepada banyak pihak, khususnya menyangkut nilai-nilai budaya persaudaraan, kata pemerhati budaya Johan Mardjono.
"Festival yang tahun ini memasuki penyelenggaraan ke-14 itu, sebagai peristiwa berkelanjutan. Sudah menginspirasi banyak pihak, termasuk inspirasi persaudaraan, bukan hanya para pelaku tetapi juga kalangan yang lebih luas," kata Johann yang mantan pengajar Sejarah Kebudayaan Institut Kesenian Jakarta itu, ketika dihubungi dari Magelang, Kamis (30/7).
Ia mengemukakan festival yang penyelenggaraannya tanpa melibatkan sponsor maupun penyelenggaranya mengedarkan proposal bantuan dana kepada berbagai pihak tersebut, telah menjadi peristiwa kebudayaan yang penting di Indonesia.
Mereka yang dari berbagai kota di Indonesia, khususnya para seniman dan pemerhati budaya, menghadiri festival tersebut, katanya, merasakan semangat persaudaraan itu dalam pesta kesenian dan kebudayaan masyarakat dusun-dusun di kawasan lima gunung yang mengelilingi Magelang, yakni Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh. Ia mengaku selama beberapa tahun terakhir menghadiri peristiwa tersebut bersama koleganya dari Jakarta.
Saat FLG XIV di kawasan Gunung Andong, di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Pakis dan di kawasan Gunung Merapi di Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun pada 14-17 Agustus 2015, ia mengaku akan hadir bersama sejumlah kawannya dari Jakarta. Ia bersama sejumlah koleganya itu, akan bersepeda mulai dari Muntilan, Kabupaten Magelang menuju lokasi festival.
"Buat saya, mereka malah menjadi saudara saya yang dari jauh, dari Jakarta," katanya.
Ia mengemukakan pentingnya festival tersebut diselenggarakan secara berkelanjutan dengan antara lain selalu memperkuat komunitas tersebut dalam berjejaring dengan berbagai pihak, termasuk dari kota-kota lain, baik di dalam dan luar negeri.
"Para pegiat komunitas yang tentu tahu persis keadaan internal, harus bisa, dan harus mengembangkan komunikasi ke dalam dan ke luar," katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengemukakan tentang manfaat festival bagi warga setempat yang terkait dengan kemajuan dan nilai penting perkembangan teknologi informasi pada era kesejagatan ini.
"Bagi warga desa di lima gunung dan sekitarnya, FLG mempunyai nilai informasi, apalagi di zaman android yang mendunia. Sekarang siapa yang tidak tahu FLG? Semua pemerhati kan sudah tahu. Inilah yang menjadi kekuatan, maka diperlukan PR-PR (public relation) yang hebat," katanya.