REPUBLIKA.CO.ID, Meski sempat jadi primadona, minat terhadap perhiasan berlian rupanya cenderung menurun beberapa tahun belakangan. Terutama, di kalangan generasi milenial yaitu mereka yang lahir antara tahun 1980 dan 2000.
Financial Times mencatat penurunan angka penjualan berlian sebesar dua persen dan berlian kasar sebesar 30 persen pada tahun 2015. Penurunan pertama selama enam tahun terakhir itu juga sejalan dengan catatan penelitian oleh Des Kilalea, analis bank investasi Kanada RBC Capital Markets.
Padahal, di sejumlah budaya, batu berharga itu sangat populer dan kerap dikaitkan dengan lamaran pernikahan. Perusahaan berlian Afrika Selatan De Beers bahkan telah memulai kampanye iklan ikonik sejak awal tahun 1900-an dengan jargon "berlian bertahan selamanya".
David Dews, direktur kreatif di perusahaan pemasaran Speed Agency menyebut adanya asumsi bahwa para milenial punya karakter berbeda dengan generasi sebelumnya. Kecenderungan menghargai pengalaman daripada aspek material serta tingginya kesadaran sosial menyebabkan mereka mempertanyakan daya tarik berlian.
Pada saat yang sama, generasi yang lahir dan tumbuh selama transisi teknologi dan ekonomi itu sangat kritis terhadap citra merk. Dews menjelaskan, kalangan ini sangat pemilih dan menganggap apa yang dibeli dan digunakan sangat mencerminkan identitas.
"Agar terhubung dengan generasi ini, perusahaan berlian perlu mempertimbangkan nilai-nilai baru seperti pemanfaatan sumber daya alam dengan etis, nilai uang, dan keberlanjutan produk," ucap Dews kepada The Independent.
Berlian yang memanfaatkan sumber daya terbarukan dan ramah lingkungan dinilainya menjadi produk yang lebih dipilih generasi milenial. Saat ini, sejumlah perusahaan memang diketahui memproduksi berlian di laboratorium dengan mereplikasi kompresi dan panas ekstrem kerak bumi selama enam sampai 10 pekan.