REPUBLIKA.CO.ID, Desy Susilawati/Wartawan Republik
Keterbatasan dan perbedaan tak membuat tiga sahabat difabel ini mundur dari membuka usaha. Apalagi, usaha yang mereka geluti ini adalah sesuatu yang mereka cintai.
Semua berawal dari keprihatinan Trierwinsyah, Adhika Prakoso dan satu teman lainnya akan ketidakadilan pada para tuna rungu. Mereka kesulitan mencari pekerjaan karena tuli. "Penolakannya ketika wawancara ada misskomunikasi dianggap sulit untuk berkomunikasi," jelas Co Founder Kopi Tuli, Adhika (27 tahun) disela peluncuran showroom mesin kopi di Jakarta belum lama ini.
Akhirnya demi mendapatkan penghasilan, mereka kemudian membuka usaha melalui industri kopi yaitu kedai bernama Kopi Tuli (Koptul). Bahkan mereka mau memberdayakan teman- teman disabilitas tuli untuk bisa produktif.