Rabu 31 Jul 2019 12:22 WIB

Alasan Anak Muda Kecanduan Media Sosial Menurut Psikolog

Media sosial menjadi wadah ekspresi dan eksplorasi diri

Rep: Farah Noersativa/ Red: Christiyaningsih
Bermain sosial media. Ilustrasi
Foto: Womanitely
Bermain sosial media. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Remaja dan usia dewasa muda saat ini sangat identik dengan media sosial. Hampir semua remaja dan usia dewasa muda memiliki media sosial sebagai wadah ekspresi dan eksplorasi diri.

Akan tetapi, terkadang media sosial kemudian menjadi masalah tersendiri bagi sebagian remaja dan dewasa muda. Layaknya barang yang membuat kecanduan, media sosial juga membuat candu para penggunanya yang rata-rata merupakan remaja dan dewasa muda.

Baca Juga

Psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana membenarkan remaja dan dewasa muda mengalami kecanduan dengan media sosial. Alasannya, media sosial memang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari remaja dan dewasa muda.

“Media sosial itu memenuhi kriteria itu semua. Di media sosial mereka bisa eksplorasi diri, menunjukkan diri sendiri ke orang-orang mereka bisa apa,” ujar Vera saat menjadi pembicara dalam acara bertema Semakin Bersinar Bersama Hadapi Tantangan di Era Digital.

Di media sosial, para remaja dan dewasa muda bisa melihat sosok lain seperti figur publik yang kemudian bisa menjadi panutan dalam hidupnya. Media sosial bahkan bisa memunculkan cita-cita yang dulu sama sekali tidak terpikirkan. “Oleh sebab itu medsos sangat klop dengan kebutuhan perkembangan di usia mereka,” jelas Vera.

Jika dikaji lebih lanjut perihal karakteristik remaja dan usia dewasa muda, generasi ini memiliki karakter yang dekat dengan teknologi terutama gawai. Mereka yang saat ini ada di usia remaja dan dewasa muda sejak lahir bertemu dengan gawai.

Kedekatan orang tua dengan gawai, kata dia, juga akan memengaruhi anak remaja dan dewasa muda dengan gawai. Di sisi lain karakteristik perempuan muda pada usia remaja sampai usia 20-an adalah senang mengeksplorasi diri sendiri. Pada masa-masa itu, mereka semakin menanyakan jati diri mereka.

“Misalnya saya ini di mana, saya ini siapa, saya bisa apa, di lingkungan pergaulan ini perempuan yang seperti apa? Apakah yang pintar masak, atau jago dandan, atau apa,” ungkap Vera.

Di masa-masa itu, mereka juga tengah memiliki perasaan in between yaitu merasa sudah bukan anak-anak tapi juga belum dewasa. Masa itu adalah masa yang sangat  membingungkan.

“Di usia ini adalah usia yang disebut age of possibilities. Jadi semua kemungkinan bisa terjadi pada masa itu. Mau belajar apa bisa dilakukan di usia ini,” terang Vera.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement