Senin 15 Oct 2018 13:04 WIB

Miliarder Indonesia Ini Tukar Dolar Hingga Rp 2 Triliun

Salah satu miliarder Indonesia menukarkan uang dolar AS dan dolar Singapura ke rupiah

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Pemilik Mayapada Grup Dato Sri Tahir menyapa wartawan seusai melakukan pelaporan terkait penukaran uang dolar AS dan dolar Singapura ke rupiah kepada Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (15/10).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Pemilik Mayapada Grup Dato Sri Tahir menyapa wartawan seusai melakukan pelaporan terkait penukaran uang dolar AS dan dolar Singapura ke rupiah kepada Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (15/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha Dato Sri Tahir hari ini menukarkan uangnya dari kurs dolar AS dan dolar Singapura ke mata uang rupiah. Jumlah uang yang ditukarkannya mencapai lebih dari Rp 2 triliun.

"Jadi, kita berikan buktinya ke Pak Gubernur BI (Bank Indonesia). Total yang kita tukarkan sebanyak 93 juta dolar AS dan 55 juta dolar Singapura," ujar Tahir kepada wartawan di Jakarta, Senin (15/10).

Baca Juga

Menurutnya, pengusaha memang harus membantu nilai tukar rupiah agar tetap stabil. Seperti diketahui, beberapa waktu belakangan ini rupiah terus melemah terhadap dolar AS.

"Rupiah lagi dalam keadaan mencari posisi terbaik. Maka, sebagai warga negara, daripada menaruh uang di luar, lebih baik taruh di sini (dalam negeri)," kata Tahir.

Dia berharap, pengusaha lain bisa ikut menukarkan dolarnya. Pasalnya, kata dia, masih banyak pengusaha lain yang memiliki uang di luar negeri, seperti Singapura.

"Jangan khawatir dengan perekonomian Indonesia. Sebagai bankir, saya lihat kondisi sekarang berbeda dengan 1997-1998," ujarnya menegaskan.

Ia menuturkan, pada 1997-1998 terjadi krisis keuangan serta krisis perbankan. Hal itu karena kondisi fundamental ekonomi lemah, cadangan devisa tidak ada, investor asing kabur karena ada masalah politik di Tanah Air, serta pengusaha pun belum terlalu dewasa.

"Sekarang kondisinya berbeda. Sekarang perekonomian kita tetap jalan, bahkan tumbuh 5,1 persen dan tidak ada ras terhadap rupiah. Ini masalah psikologi," kata Tahir.

Baginya, rupiah tidak melemah, hanya saja dolar AS menguat. Hal itu terdampak oleh kondisi global, seperti perang dagang, krisis Turki, dan lainnya.

"Tapi, sebagai bankir, saya nggak temukan ada ras orang beli dolar. Ini menyejukkan," ujar pendiri Mayapada Group ini. Perlu diketahui, Mayapada Group membawahkan beberapa perusahaan, di antaranya Bank Mayapada, Rumah Sakit Mayapada, serta lainnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement