REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golongan Karya (Golkar) Akbar Tandjung menegaskan dua poros besar calon presiden (capres) mendatang ialah Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto.
Hanya, Akbar mengungkapkan, partainya punya pengalaman lama untuk berkoalisi dengan PDIP. "Sebagai Ketua Dewan Pertimbangan (DPP) Partai Golkar, kami memiliki pengalaman yang cukup lama dalam berkoalisi dengan PDIP dan parpol lainnya," tutur Akbar dalam konferensi press di Jakarta, Selasa petang (12/5).
Dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2009 lalu, Partai Golkar bergabung dengan "koalisi kebangsaan" untuk mencalonkan Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri, menjadi Presiden RI bersama-sama dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Waktu itu, ujar Akbar, Partai Golkar adalah pemenang Pemilu Legislatif 2009. Namun, secara sadar Partai Golkar mengusung Megawati dengan tujuan ingin memperkuat institusi politik.
Partai Golkar, papar Akbar, juga sudah lama melakukan komunikasi politik dengan berbagai parpol, termasuk PDIP. Namun, keputusan formal tetap berada dalam forum Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) pada 18 - 19 Mei nanti.
"Kami memiliki institusi dan forum internal partai yang harus dihormati semua pihak. Jadi, keputusan formal partai akan diambil melalui forum rapimnas," tegas Akbar.
Namun dengan pengalaman yang cukup lama, termasuk ketika membentuk "koalisi kebangsaan", dua poros besar capres adalah Jokowi dan Prabowo. Kalau partai golkar tetap ingin mencalonkan presiden, tentu harus berkoalisi.