Home >> >>
Anggota DPD Khawatirkan Praktik Politik Uang
Jumat , 06 Jun 2014, 19:40 WIB
Republika/ Tahta Aidilla
Tolak politik uang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPD RI dari Sumatera Utara Darmayanti Lubis mengkhawatirkan praktik politik uang yang terjadi pada pemilu legisaltif 9 April lalu akan terulang pada Pemilu Presiden 9 Juli 2014.

"Indikasinya cukup kuat," kata mantan Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara itu pada diskusi 'Lumbung Suara Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK' di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat.

Menurut Darmayanti, Pemilu Presiden 2014 hanya diikuti dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) yang tentu sama-sama ingin menang.
Di sisi lain, masyarakat pemilih di pedesaan, khususnya di Sumatera Utara, banyak yang tidak mengenal figur kedua pasangan capres-cawapres, apalagi mengetahui visi dan misinya.

"Saya harap kedua pasangan capres-cawapres mau mengunjungi masyarakat di pedesaan, seperti di Pulau Nias, untuk memperkenalkan diri sekaligus mensosialisasikan visi dan misinya," katanya.

Ia menegaskan ada sekitar 30 persen masyarakat di pedesaan yang belum menentukan pilihan atau suara mengambang, karena tidak mengenal figur pasangan capres-cawapres serta visi dan misinya.

Pemilih dengan kategori tersebut, kata dia, berpotensi menjadi golput atau malah didekati dengan praktik politik uang, apalagi ada lembaga survei yang mengajari cara-cara kotor seperti itu pada kliennya tanpa memikirkan kepentingan bangsa dan negara.

"Mereka itu tidak tamat sekolah dasar, tidak membaca koran, tidak mengenal internet, dan listrik di desa-desa mereka juga sering mati," kata Darmayanti.

Dia berharap kedua pasangan capres-cawapres maupun tim kampanye melakukan pendidikan politik kepada masyarakat desa, sehingga memiliki wawasan, termasuk visi dan misinya soal pembangunan desa.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Paramadina Jakarta, Suratno, membenarkan persaingan antara kedua pasangan capres-cawapres akan berlangsung ketat dan panas, karena keduanya ingin memenangkan pertarungan.

"Selain visi dan misi dari kedua pasangan capres-cawapres, kemenangan juga akan ditentukan oleh keberpihakan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah kepada pasangan capres-cawapres, serta politik representasi," katanya.

Pemilu presiden 2014 diikuti dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yakni pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa serta pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Redaktur : Julkifli Marbun
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar