REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Preferensi pilihan pemilih yang berasal dari Nahdlatul 'Ulama (NU) dalam Pemilihan Umum Presiden 9 Juli 2014 dinilai tidak ditentukan oleh tokoh semata. Kesuksesan kerja-kerja politik yang dilakukan oleh partai yang dekat dengan kalangan Nahdliyin yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dianggap dapat menjadi penentu kemenangan dua bakal pasangan calon presiden dan wakil presiden, Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya kepada Republika, Rabu (21/5), mengatakan bentuk dukungan yang diberikan Rais Aam PBNU Hasyim Muzadi dan Ketua PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa kepada Jokowi-JK, maupun dukungan yang diberikan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD kepada Prabowo-Hatta, bukanlah cerminan preferensi kalangan Nahdliyin.
"Tidak ada tokoh yang bisa mengklaim hal tersebut," ujar Yunarto. Lebih lanjut, Yunarto mengatakan, PKB memiliki peranan penting dalam preferensi kalangan Nahdliyin lantaran terdapat pada sosok maupun struktur kewilayahan. "Titik kuncinya di PKB. Jika mesin partai PKB berhasil, maka Jokowi-JK diuntungkan untuk merebut suara NU. Jika sebaliknya, Prabowo-Hatta diuntungkan," kata Yunarto.
Saat ditanya apakah ada strategi khusus yang siapkan untuk merebut suara kalangan Nahdliyin, Bakal calon presiden yang diusung koalisi poros Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto, menjawab diplomatis. "Kita berharap dukungan dari semua. NU, Muhammadiyah, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Konghucu, semua kita butuh. Semua rakyat Indonesia, kita butuh dukungannya," ujar Prabowo kepada wartawan seusai menghadiri acara silaturahim dan golf bersama purnawirawan TNI/Polri di Club House Golf Jagorawi, Bogor, Rabu (21/5).