Kubu Jokowi-JK Dianggap 'Berbakat' Jadi Rezim Otoriter, Kenapa?
Jumat , 30 May 2014, 19:03 WIB
Republika/Agung Supriyanto
Joko Widodo dan Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gagasan kubu pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) terkait pengawasan terhadap khatib dan khutbah Jumat dikhawatirkan akan menimbulkan fragmentasi sosial di tengah masyarakat. Hal tersebut juga dapat menimbulkan kesan seolah-olah para khatib selama ini dijadikan sebagai agen dari suatu kepentingan politik tertentu. 

"Mengapa tidak sekalian digagas untuk sweeping ke masjid-masjid aja? Mengapa mesti mengirim 'tukang intip'? Saya khawatir, ini bisa dilihat masyarakat sebagai upaya pengembalian rezim otoriter dengan masuknya intervensi ke rumah-rumah ibadah," kata Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay, kepada ROL, Jumat (30/5). 

Karena itu, Saleh menilai pengawasan terhadap ceramah atau khutbah para khatib di masjid-masjid sebagai aksi yang sangat provokatif. Karena, masjid adalah tempat suci yang berfungsi sebagai sarana bagi orang-orang yang ingin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Menurut Saleh, ide dari kubu Jokowi-JK tersebut ingin memberikan kesan seolah-olah pasangan capres dan cawapres itu sedang dizalimi oleh khatib-khatib yang menyampaikan khutbah di masjid. Padahal, kata Saleh, sampai saat ini belum ada bukti yang menunjukkan adanya black campaign yang dilakukan di atas mimbar-mimbar Jumat.

"Lagi pula, yang paling berpotensi memanfaatkan masjid sebagai saluran politik itu ya tim Jokowi-JK. Bukankah ketua umum Dewan Masjid Indonesia adalah JK? Jaringan masjid se-Indonesia itu dikuasai JK. Merekalah yang paling mungkin memanfaatkan masjid-masjid untuk hal-hal seperti itu," kata Saleh lagi.

 

Redaktur : Citra Listya Rini
Reporter : Ahmad Islamy Jamil
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar