Pengamat: 'Serangan' JK Untungkan Prabowo
Selasa , 10 Jun 2014, 13:11 WIB
Pasangan Peserta Pilpres 2014, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla saling menyapa sebelum Debat Capres-Cawapres di Jakarta, Senin (9/6). (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Iswandi Syahputra menilai, pertanyaan cawapres Jusuf Kalla soal HAM dan sindiran soal istri yang ditujukan pada Prabowo Subianto dalam debat capres semalam memberikan keuntungan tersendiri buat Prabowo-Hatta.

Selama ini, ujarnya, Prabowo tidak punya medium untuk menyampaikan pesan pada khalayak (komunikan). "Wakunya tepat, saat debat dia ditanya dan dia menjawab. Sebagai masalah yang lama melilitnya, Prabowo pasti sudah menyiapkan jawaban. Prabowo berhasil menjelaskannya dengan baik tanpa menyerang balik Jusuf Kalla," kata Iswandi, Jakarta, Selasa (10/6).

Isu pelanggaran HAM dijawab oleh Prabowo bahwa sudah lama selesai. Ditambah, tidak mungkin Prabowo menjadi cawapres bagi Megawati Soekarnoputri pada tahun 2009, jika urusan ini belum selesai.

"Jadi dengan mudah publik dapat menilai, bahwa isu HAM diangkat kembali oleh JK sangat tendensius, hanya untuk membunuh karakter Prabowo. Bahkan bisa saja materi HAM ini menegaskan adanya titipan asing. Dan jelas ini bukan sikap seorang negarawan," kata mantan komisioner KPI Pusat tersebut.

Sementara sindiran soal isteri menurut Iswandi jelas itu ditujukan pada Prabowo. Dia menyebutkan, walau bersifat menyindir, dalam komunikasi publik sebenarnya kurang etis karena menyangkut ruang privasi yang bersifat personal.

"Disayangkan sindiran ini keluar dari mulut seorang capres dan cawapres," sesalnya. Secara umum, debat capres semalam, posisi dua pasangan tersebut masih berimbang.

Pasangan Jokowi-JK mampu meyakinkan apa yang sudah mereka lakukan sebelumnya, karena itu mereka banyak bicara bukti, akhirnya banyak terjebak bicara masa lalu.

Sedangan pasangan Prabowo-Hatta mampu dengan baik mengartikulasikan visi misi mereka secara konseptual. Pasangan ini punya gaya yang baik menjadi pemimpin negara karena lebih banyak bicara ke depan. "Dalam posisi imbang begini, siapa yang melakukan kesalahan dia lah yang kalah,"

Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar