Komisioner Bawaslu Nelson Simanjuntak (kanan) dan Nasrullah (tengah) menunjukkan tabloid Obor Rakyat yang diduga melanggar aturan kampanye pilpres di Kantor Badan Pengawas Pemilu, Jakarta, Rabu (4/6).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Timses Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK), Firman Jaya mempertanyakan alasan Obor Rakyat hanya mengkritisi satu capres saja.
"Jika memang tidak ada hubungannya, kenapa tidak mempermasalahkan latar belakang Pak Prabowo (Prabowo Subianto)?,” kata Firman di Jakarta Pusat, Sabtu (14/6).
Sebelumnya, pada 5 Mei 2014 Obor Rakyat beredar di sejumlah pondok pesantren di Jawa Tengah. Materinya kebanyakan mengkritisi latar belakang Jokowi-JK.
Hal tersebut dianggap bentuk kampanye hitam yang dilakukan oleh pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Menurut Firman, seharusnya media bisa membangun Bhinneka Tunggal Ika untuk masyarakat. "Jika ini dibilang kebebasan pers, saya tidak terima," lanjutnya.
Firman mengatakan, media masa harus sesuai dengan apa yang tertera di Pancasila. Yaitu, media masa merupakan alat politik. "Menurut kami masih ada waktu untuk kembali ke jalan yg benar," ujarnya.