Darmawan: Obor Rakyat Media Biasa yang Dibesarkan Pemberitaan
Sabtu , 05 Jul 2014, 19:38 WIB
www.kaskus.co.id
Penulis Obor Rakyat Darmawan Sepriosa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus tabloid Obor Rakyat pada akhirnya terus bergulir. Aparat kepolisian bahkan sudah menetapkan penulis Obor Rakyat, Darmawan Sepriosa menjadi tersangka dalam kasus ini.

Republika Online (ROL) berhasil mewawancarai Darmawan Sepriosa untuk mendapatkan penjelasan seputar kasus Obor Rakyat dan segala tudingan yang diarahkan ke padanya. Berikut petikan wawancaranya.

Kasus Obor Rakyat sudah masuk proses hukum, posisi Anda dalam kasus ini?

Saya akan mengikuti saja apa yang bergulir. Hanya kalau saya merasa sih ya, ketika saya sudah diperiksa dan sebelum diperiksa itu ada sesuatu hal yang berbeda, banget.

Bedanya?

Bedanya ketika mau diperiksa sama seperti kita mau jaman SD tuh, mau dicacar (imunisasi cacar), berada di antrean, deg-degan, begitu sudah dicacar ya udah. Deg-degannya lebih…lebih ini lah ya lebih tenang.

Merasa lebih fokus ke pekerjaan. Karena saya penulis ya saya kira mulai malam ini ke besok saya lebih bisa fokus dibandingkan kemarin.

Bisa diceritakan apas sih sebenarnya Obor Rakyat itu? Dan Posisi di Obor Rakyat dalam pilpres ini seperti apa?

Sebetulnya Obor Rakyat ini adalah media biasa-biasa saja yang menjadi luar biasa, terutama dalam pemberitaan, dengan mendapatkan apanya gratis lah atau iklan gratis lah, ataupun dari media …yang ada.

Karena kami kan sebetulnya hanya media enam belas halaman yang dikelola oleh dua orang. Saya sama Setyardi Budiono sebagai pimred (pemimpin redaksi), penanggung jawablah semua dari semuanya.  Saya di Obor Rakyat itu sebagai penulis. Saya menulis, saya kirim.

Obor Rakyat kapan berdiri?


Akhir April pembicaraannya (pembuatan Obor Rakyat). Di sini, di Pejaten Village. Ada telpon dari teman saya, sesama (mantan) Tempo, sudah 16 tahun kita kenal, Setyardi Budiono. Dia mengajukan ide. Ide itu saya terima, kemudian kita kerjakan, dua pekan berikutnya sudah mulai jalan.
 
Bahan-bahannya (konten naskah) sesuatu yang sudah beredar begitu luas di media-media online.

Apakah Obor Rakyat memang media partisan?

Mungkin begini. Obor Rakyat terasa menjadi partisan ketika dia turun untuk mengkritisi persoalan politik yang ada, saat itu baru ada satu calon. Di edisi pertama kami itu calon yang betul-betul sudah definitif baru Jokowi.

Kapan itu terbit pertama?

Karena saya sendiri kan tidak terlibat dalam percetakan. Kalau saya liat di tanggal edar, edisi pertama itu 5-11 Mei.

Nah, kan sering ada pertanyaan, mengapa Obor beredar di pesantren? Ada dua hal. Pertama, Jadi target market kami adalah Muslim. Kenapa disebar di pesantren? Edisi kami itu, edisi-edisi yang pertama, kedua, dan yang sudah ada sekarang lah. Itu adalah edisi percobaan.

Percobaan yang kami ingin tahu sebagai tes juga bagi pasar kami. Pasar kami ini siapa?pasar kami adalah kalangan muslim, pesantren, masjid, yang kami asumsikan kurang mendapatkan akses internet. Karena kalau orang-orang yang sudah punya internet, mereka akan merasa itu buat apa, karena sudah beredar di Facebook, sudah beredar di laman-laman situs yang lain.

Jadi betul-betul kami memang menangkap apa yang beredar di dunia maya, mengolahnya, dan kami berikan kepada target market kami yang kami inginkan itu adalah kalangan pesantren, masjid-masjid yang tidak atau kurang akses komunikasi.

Misalnya yang dibicarakan (isu yang diangkat di Obor Rakyat) 'capres boneka'.  frase capres boneka sudah ada jauh sebelum kami bikin. Kami bukan yang pertama mengeluarkan frase itu.

Frase itu sudah ada jauh hari. Kami hanya mengambil dan segitu aja hanya mempopulerkan dan hanya membuatnya dalam bentuk lain dan menyebarkannya pada mereka yang tidak punya akses internet. Atau paling tidak menurut asumsi kami kurang.

Apa Obor rakyat hanya bicara soal capres?

Nggak juga, ada banyak hal. Ada soal kepemimpinan, ada juga Mas Gun Gun juga kita ajak untuk menulis di sana kan. Dan itu juga berbicara soal peta kekuatan PDIP sebagai pemenang pileg tahun ini. Banyak hal yang diambil.

Kenapa isu-isu lebih banyak menohok ke persoalan Jokowi?

Karena itu tadi seperti yang saya katakan. Jokowi satu-satunya calon yang sudah bisa dikritisi karena sudah definitif. Prabowo tidak. Jadi kalau ini terbit ulang, atau launching, atau apapun namanya, ada edisi-edisi selanjutnya, rasa-rasanya ya mengapa tidak Prabowo juga. Karena sekarang memang sudah ada dua calon. Baru bisa lebih enak bacanya. Karena punya bahan lebih ini, lebih luas.

Redaktur : Joko Sadewo
Reporter : c92
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar