REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jusuf Kalla (JK) dianggap tak tepat untuk menemani Joko Widodo (Jokowi) dalam pilpres mendatang. Alasan utamanya, karena khawatir adanya matahari kembar.
"Siapa pun tahu, sosok JK itu seperti apa. Jangankan Jokowi, SBY saja kesulitan mengendalikan JK saat masih jadi wapresnya dulu," ujar pengamat ekonomi Laksita Utama, Rabu (14/5).
Dalam pemerintahan, kata Laksita, akan tidak bagus jika ada dua matahari. Karena, sistem yang dibangun akan menjadi berantakan.
Calon pendamping Jokowi, ujar Laksita, sebaiknya seorang pengusaha yang pernah menjadi bagian birokrasi pemerintahan. Termasuk bisa mengendalikan perekonomian. Ia menyebut, MS Hidayat yang sekarang menjabat Menteri Perindustrian.
"Kapabilitas dan pengalaman beliau sudah teruji. Hanya saja, PDIP punya pe-er untuk menaikkan elektabilitasnya dengan bantuan Partai Golkar," kata Laksita.
Ia menambahkan, meski bukan dari kalangan militer yang identik dengan pengatur strategi, sosok Hidayat bisa diterima pasar. "Dia juga harus bisa menyelesaikan persoalan negara yang seabrek ini dengan cepat dan serta punya kemampuan mendistribusikan tanggung jawab kepada timnya yang ada di pemerintahan," katanya.
Hal yang sama juga dilontarkan ekonom CSIS, Pande Raja Silalahi. Meski tidak melihat keseriusan Hidayat, ia melihatnya laik dipertimbangkan sebagai calon alternatif selain JK.
Apalagi, kata Pande, posisi MS Hidayat juga sangat strategis. Yaitu mengendalikan sektor industri yang menjadi poin penting dalam pemerintahan mendatang. “Saya pikir, Pak Hidayat patut dikedepankan sebagai calon alternatif cawapres,” ujarnya.