REPUBLIKA.CO.ID, CIKINI -- Pengamat politik LIPI Siti Zuhro menyatakan, menolak kampanye hitam. Dengan begitu, masyarakat tidak akan mengingat hal buruk. "Karena pilpres tahun ini harus sarat dengan pencerahan," kata Siti di Jakarta Pusat, Sabtu (24/5).
Menurutnya, pemilu kali ini sangat menimbulkan antusiasme sejumlah pihak. Pada pilpres 2014, banyak pihak memprediksi minimal ada tiga pasangan capres dan cawapres yang muncul. Pada kenyataannya, hanya ada dua pasangan yang bertarung. Yaitu Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
"Tentunya keduanya akan memperebutkan hati masyarakat atau untuk membujuk masyakyat. Dan juga menyampaikan visi misinya," ujar Siti.
Dia melanjutkan, masyarakat harus mencermati visi misi yang disampaikan kedua bakal capres dan cawapres tersebut. Khususnya, apakah visi misi tersebut bisa dilaksanakan atau tidak. Serta atas dasar apa masyarakat harus percaya dengan visi misi yang diusung oleh salah satu bakal capres dan cawapres.
Siti menambahkan, visi misi dari kedua bakal capres dan cawapres tersebut hampir sama. Hanya saja, Prabowo yang anak dari Suminto Djojohadikusumo memang ingin membangun ekonomi yang kerakyatan dan kesejahteraan.
"Pilpres menjadi kontestasi yang menjadi cara untuk membenahi moral bangsa. Mereka harus mampu merefleksikan nilai-nilai tersebut," lanjut Siti.
Menurutnya, masyarakat ingin bukti seberapa besar kapasitas yang dimiliki masing-masing calon. Harusnya visi misi tersebut melalui birokasi yang bersih.
Mereka harus bisa meyakinkan mayarakat jika pemerintahan ke depan akan lebih baik. Tidak syarat dengan politik uang.
"Kalau mereka menghalalkan segala cara hanya untuk menggantikan pemerintahan. Lagi-lagi pemerintahan yang terbentuk akan transaksional," kata Siti.
Siti melanjutkan, penyelenggara pemilu dan lembaga terkait lainnya harus bisa memainkan peran dan kerja sama untuk mengingatkan para calon tentang pendidikan politik kepada masyarakat. Bukan hanya sebuah kompetisi merebut kekuasaan yang nantinya berakhir dengan konflik atau kekerasan.