Capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) dan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa (kanan) berfoto dengan Presiden SBY jelang pertemuan tertutup di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (13/5). (Republika/Aditya Pradana Putra)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pengamat politik Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan partai Demokrat tidak akan netral selamanya dalam pemilihan presiden (pilpres) mendatang. Menurut dia, sangat tidak mungkin partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini tidak menentukan sikapnya.
"Pemain atau aktor politik tidak mungkin netral, sekarang masih bermain dengan dua kaki, besok belum tentu," kata Pangi kepada ROL, Selasa (27/5), di Jakarta.
Ia mengatakan mudah untuk menebak arah koalisi partai Demokrat. Hal itu, bisa dilihat dari kecenderungan ketua umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono kemana menentukan arah. "Elite penentu demokrat itu kan SBY," ungkapnya.
Menurutnya, SBY itu pemilik saham paling besar di partai Demokrat. Berbeda misalnya dengan partai Golkar, dimana pemilik sahamnya menyebar yang berarti tidak ada kekuatan yang dominan. "SBY memegang semua fungsi politik dan memonopoli kekuasaan," katanya.
Jika mengacu pada pendapat Mosca Keller, elite politik yang menduduki jabatan politik tertentu (SBY menjabat ketua umum partai, Ketua DPP dan Ketua Bappilu). Artinya, mempunyai kekuasaan yang dominan dalam mempengaruhi sikap dan menentukan keputusan politik.
Pangi memprediksi pada Juni mendatang, SBY akan menentukan sikap, dengan memastikan kembali bahwa kekuatan Jokowi dan Prabowo sudah imbang. Maka pada saat yang sama, SBY akan memutuskan berkoalisi dengan siapa (Jokowi atau Prabowo).
Menurutnya, SBY kemungkinan akan berkoalisi dengan kubu Prabowo- Hatta. Karena disana ada Hatta Rajasa yang merupakan besan SBY. Kedua, SBY tidak mempunyai chemistry dengan PDIP (Megawati Soekarno Putri). "Sikap SBY mendukung Prabowo Hatta mungkin saja menjadi suplai energi baru untuk kemenangan Prabowo-Hatta," ungkapnya.
Ia menambahkan keputusan SBY mendukung pasangan Prabowo-Hatta di injury time. Tentu saja, akan memberikan efek besar yang mempengaruhi pilihan publik. Figur SBY masih disukai oleh rakyat, karena SBY memiliki atribut yang nyata, tampak dan masih sangat dihargai dalam masyarakat.
Pangi mengatakan sampai saat ini pemilih swing voter yang belum menentukan pilihan, bisa terpengaruh oleh sikap politik SBY. Dengan mengikuti pilihan politik SBY.
Sebelumnya, diberitakan dalam Rapimnas Partai Demokrat di Hotel Sultan. Partai Demokrat memilih bersikap netral jelang pilpres 9 Juli mendatang.