REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) menceritakan kisahnya saat masih menjadi anak kampung. Jokowi mengaku, ia tumbuh besar di lingkungan petani sampai usia 12 tahun.
"Saya ingat diajak kakek nenek bajak sawah, kemudian makan di pematang. Malam hari pas musim hujan saya cari belut, paginya dimasak," kata capres nomor urut dua tersebut saat menghadiri acara deklarasi dukungan dari ribuan anggota Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di Balai Kartini, Senin (16/6).
Karena pengalamannya bergaul di sawah itulah, Jokowi mengaku mengerti persoalan yang banyak dihadapi petani. Mulai dari mahalnya harga pupuk, benih, keringnya saluran irigasi, sampai pemasaran yang masih sulit.
Jokowi menilai, kesejahteraan petani hingga saat ini masih minim. Gubernur DKI Jakarta non aktif tersebut kemudian menceritakan curhatan seorang petani asal Cilacap bernama Satinah, yang ia temui beberapa waktu lalu. Menurut Jokowi, pendapatan Satinah dari hasil bertani hanya Rp 1 juta selama tiga bulan.
"Pemerintah harus kasih perhatian khusus ke petani. Jangan selalu dikasih bayangan yang tinggi-tinggi. Yang dikeluhkan itu pupuk langka, harga mahal. Itu kan sebenarnya permintaan sederhana, tapi belum bisa dipenuhi pemerintah kita," ucap Jokowi.
Jokowi kemudian menjanjikan program-programnya di bidang ketahanan pangan apabila berhasil menjadi presiden. Jokowi berjanji akan menyediakan pupuk dan benih murah, membangun banyak bendungan baru, menyediakan lahan pertanian baru, dan membantu memasarkan produk para petani.