REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Transportasi dari Universitas Indonesia (UI), Alvinsah, mengatakan arus mudik dan arus balik lebaran tahun ini lebih panjang ketimbang tahun lalu. Selain itu, situasi kemacetan juga lebih merata pada arus mudik dan arus balik.
Menurut Alvinsah, hal itu disebabkan perencanaan masyarakat sudah lebih matang dengan melihat situasi arus mudik dan arus balik pada tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat punya strategi untuk menghindari puncak arus mudik dan arus balik.
"Kalau tahun-tahun sebelumnya dalam grafik selalu ada puncak arus mudik dan arus balik, sekarang puncaknya mulai merata. Ini sangat dinamis," kata Alvinsah saat dihubungi ROL, Selasa (5/8) kemarin.
Panjangnya arus mudik dan arus baik Lebaran, lanjutnya, disebabkan masyarakat sudah memanajemen untuk menghindari puncak-puncak arus. Mereka mengambil cuti resmi di akhir arus balik.
"Orang seperti sudah menikmati dan sudah siap mental mengabiskan waktu perjalanan mudik lebih dari 24 jam. Mereka sudah mengamati dari tahun ke tahun, sehingga mengantisipasi. Meski ada yang miss dipikir sudah tidak macet ternyata masih macet," imbuhnya.
Selain itu, panjangnya arus mudik dan arus balik lebaran juga disorong oleh bertambahnya penduduk di Jabodetabek. Momen lebaran pasti mereka pulang kampung. Sehingga kalau pertumbuhan penduduk di Jabodetabek terus terjadi, suatu saat puncak kemacetan bisa terus merata.
"Sekarang agak sporadis, refleksi dari bertambahnya jumlah manusia. Kalau dulu ada satu haru yang puncak sekali tapi makin ke depan semakin merata puncaknya," kata Alvinsah.
Oleh sebab itu, Alvinsah mendorong pemerintah membuat contigency plan, perencanaan ke depan karena situasi kemacetan saat lebaran akan terjadi terus menerus. Dia mendesak pemerintah, dalam jangka panjang bagaimana menumbuhkan Jakarta-Jakarta di luar pulau Jawa. Kebijakan konsentrasi ekonomi harus dipecah.
"Supaya fenomena lebaran fokusnya merata, kalau terdistribusi beban Jakarta berkurang," ujarnya.