REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Achmad Zamroni*
Ada satu konsep yang sangat bagus dalam ajaran Islam yang sudah dikenal oleh hampir seluruh warga negara Indonesia yang mayoritas Muslim ini. Konsep itu bernama "uswatun hasanah”.
Konsep ini mengajarkan kepada setiap manusia agar menjadi teladan yang baik bagi manusia lainnya dalam berbagai hal. Konsep ini sangat cocok jika diterpakan kepada seorang pemimpin atau publik figur, karena perilaku mereka setiap saat selalu terpentau melalui media masa, sehingga sangat mudah untuk ditiru.
Jadi bisa dikatakan, kebaikan seorang pemimpin atau publik fugur di suatu negara adalah salah satu kunci kebaikan bagi seluruh masyarakat di negara tersebut.
Namun alangkah buruknya jika yang terjadi adalah kebalikan dari konsep tersebut, yaitu “uswatun sayyiah”. Konsep ini adalah kebalikan dari konsep uswatun hasanah, yaitu seseorang mejadi contoh yang buruk bagi orang lain.
Ketika kebanyakan pemimpin dan publik figur yang menampilkan perilaku buruk dalam kehidupannya sehari-hari, lalu perilaku itu terpublikasikan melalui media, maka secara tidak langsung akan menjadi perilaku yang dianggap biasa oleh masyarakat, sehingga akan dicontoh oleh masyarakat.
Jika kedua konsep itu dicocokan dengan keadaan di Indonesia saat ini, maka secara umum yang lebih cocok adalah konsep uswatun sayyiah. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa peristiwa yang terjadi di negeri ini yang terkait degan beberapa politisi dan beberapa artis di Indonesia.
Kasus mega proyek Hambalang adalah satu contoh kasus nyata yang terjadi di negeri ini yang menjadi cerminan perilaku para politisi sekaligus pemangku kebijakan di Indonesia. Kasus mega proyek Hambalang bukanlah kasus korupsi luar biasa biasa seperti kasusu korupsi pajak Gayus Tambunan, melainkan kasus korupsi ekstra luar biasa yang pernah tirjadi di Indonesia.
Bagaimana tidak, kasus korupsi ini selain menunjukkan jumlah uang yang sangat fantastis, juga dilakukan dengan cara yang sangat rapi.
Selain kasus mega proyek Hambalang, kasus lain yang dapat menjadi contoh buruk bagi masyarakat Indonesia adalah kasus korupsi Gayus Tambunan, kasus korupsi proyek pengadaan Alquran Kementerian Agama, kasus bupati Garut Aceng Fikri yang menikahi gadis 18 tahun hanya selama 4 hari yang terkesan pelecehan terhadap keum perempuan, dan kasus-kasus yang lain yang semuanya tidak layak menjadi teladan bagi masyarakat.
Sementara di kalangan selebritas tidak kalah buruknya. Perilaku para selebritas di Indonesia saat ini benar-benar tidak mencerminkan seorang publik figur yang harusnya menjadi teladan bagi para fansnya, terutama generasi muda. Kasus vidio porno Ariel misalkan, banyak tindakan asusila yang terjadi pasca vidio itu terupload di internet.
Para kaum muda seperti terinspirasi oleh video artis idola mereka, sehingga nekat untuk melakukan tindakan asusial. Lalu yang terbaru adalah kasus narkoba yang menjerat Rafi Ahmad, Irwansyah, Zazkia Sungkar, dan artis lain yang terlibat di dalamnya. Kasus ini seperti menjadi teguran kepada Presiden SBY yang dulu pernah memberi grasi kepada salah satu terpidanan mati kasus pengendalian peredaran narkoba oleh Ola.
Meskipun penyelidikan terhadap kasus Rafi cs ini belum selesai, namun dampaknya di masyarakat akan cukup besar dengan adanya media yang selalu memberitakan kasus ini, apalagi jika berita ini ditambah atau dikurangi dari berita aslinya, maka dampaknya akan lebih besar, terutama bagi anak-anak dan remaja yang secara psikologis masih serba ingin tahu dengan sesuatu yang baru, apalagi jika sesuatu itu dilakukan oleh artis idolanya.
Kasus-kasus lain yang sering terjadi di dunia selebritas yang dapat menjadi contoh buruk bagi masyarakat adalah kasus-kasus kekerasan, baik di dalam kahidupan nyata sang artis maupun dalam sinetron dan film, kasus perceraian yang sering terjadi, bahkan sampai yang terkecil adalah masalah gaya berpakaian yang cenderung menghapus budaya Indonesia.
Jika contoh-contoh perilaku seperti di atas terus dibiarkan, maka entah apa yang akan terjadi pada generasi muda Indonesia 20 sampai 30 tahun yang akan datang.
Pemerintah harus proaktif dalam membentengi generasi mudanya agar tidak terbawa arus yang negatif dan supaya Indonesia memiliki harapan di masa depan.
Secara umum, ada tiga jalur yang harus ditempuh untuk menyelamatkan generasi muda Indonesia, yaitu pertama, jalur pendidikan. Pendidikan di Indonesia harus mempu mencetak generasi muda yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan, tapi yang terpenting adalah memiliki akhlak yang mulia.
Maka dari itu, materi budi pekerti dan pendidikan agama harus diperbanyak dan diajarkan dengan metode yang efektif. Kedua, jalur pengawasan. Pemerintah harus meningkatkan pengawasan terhadap perilaku para elit politik negeri ini agar perilakunya lebih bisa dicontoh oleh generasi muda. Ketiga, jalur penegakan hukum. Penegakan hukum di Indonesia harus benar-benardiperbaiki.
Penegakan hukum harus adil, tak padnang bulu. Siapapun yang bersalah, baik itu masyarakat biasa, pelajar, pejabat publik, bahkan pemimpin sekalipun kalau bersalah haruslah dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku.
Dari tiga hal ini dapat dirincikan lagi menjadi kebijakan-kebijakan yang nantinya diharapkan mampu mengurangi uswatun sayyiah dari para pemimpin, elit pilotik dan publik figur dan melindungi generasi muda dari contoh-contoh buruk perilaku orang-orang yang tidak bertanggung jawab di negeri ini.
Penulis: Achmad Zamroni, Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta