Oleh Irwan Kelana,
Wartawan Republika
Ketika kota Hiroshima dan Nagasaki hancur dibom atom oleh Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat Agustus tahun 1945, hal yang pertama ditanyakan oleh Kaisar Jepang adalah “Berapa banyak guru yang masih hidup?”
Hal itu karena Kaisar Jepang menyadari betapa pentingnya peran guru (pendidikan) dalam memajukan suatu bangsa. Dan terbukti beberapa puluh tahun kemudian Jepang bangkit dalam berbagai bidang, terutama ekonomi dan information and technology (IT), sehingga mampu menyaingi bahkan mengalahkan Amerika Serikat.
Tahun 1970-an, Pemerintah Malaysia mengirimkan ribuan pemuda terbaik mereka untuk belajar di berbagai perguruan tinggi terkemuka Indonesia. Hanya dalam waktu tiga dekade, Malaysia berhasil menjadi bangsa yang maju dalam bidang pendidikan.
Bahkan, keadaan berbalik, kini ribuan pemuda Indonesia menuntut ilmu S1, S2 dan S3 di berbagai perguruan tinggi Malaysia.
Dewasa ini Malaysia mempunyai sejumlah universitas kelas dunia.
Dalam sebuah acara di Bogor, Jawa Barat, awal November 2015, penulis berkesempatan bertemu dan berbincang dengan Rektor Universiti Putra Malaysia (UPM) Selangor, Darul Ehsan, Prof Dato’ Mohd Fauzi Hj Ramlan.
Ia mengungkapkan, UPM saat ini merupakan salah satu universitas terbaik di dunia. “UPM ranking 45 dunia, nomor tujuh terbaik di Asia, dan terbaik pertama di Asia Tenggara,” tutur Mohd Fauzi.
Jika Indonesia ingin mengejar ketertinggalan dibandingkan bangsa-bangsa lain, maka salah satu hal yang mutlak harus dilakukan adalah memajukan bidang pendidikan. Menurut Mendiknas Anies Baswedan, pendidikan tidak dapat dipandang sebagai tanggung jawab pemerintah saja.
“Secara moral, pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak, termasuk dunia usaha. Astra sudah menunjukkan inisiatifnya di bidang pendidikan dengan terobosan dari SD sampai dengan SMK, di mana di desa sekolah juga menarik bagi siswa dan akhirnya bisa membuat mereka professional dan mandiri,” kata Anies Baswedan saat meresmikan adalah pembangunan gedung baru SMKN 2 Gedangsari, Gunungkidul, Yogyakarta,awal Maret 2015.
Pembangunan gedung SMKN 2 ini, tuturnya, juga mencerminkan cara pandang berbeda dari Astra dalam mengentaskan kemiskinan. Banyak pihak seringkali mengatasi masalah kemiskinan dengan cara sosial. Padahal, ada cara lain melalui jalur ekonomi.
“Perlu menyejahterahkan masyarakat prasejahtera agar dapat masuk dalam kegiatan ekonomi. Untuk itu perlu alat yaitu pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan dan membuka wawasan, tetapi sekaligus menyejahterahkan
masyarakat,” tutur Menteri Anies.
Dalam pandangan Mendiknas, kemajuan pendidikan, khususnya di pedesaan, dapat meredam arus urbanisasi. Ia mencontohkan, dengan program tata busana dan fokus pada membatik, para siswa di SMKN 2 Gedangsari akan menjadi sumber daya lokal yang dapat menyesuaikan dengan permintaan akan batik, sehingga mereka tidak perlu ke kota untuk meningkatkan kesejahterannya.
Hal ini berdampak besar terhadap munculnya industri garmen di wilayah ini. “Tidak cukup hanya diberi ikan dan kail, tetapi pastikan juga kolam dan ikannya masih ada,” ujar Mendiknas Anies Baswedan.
Harapan Mendiknas merupakan komitmen Astra yang telah dijalakan sejak lebih 40 tahun lalu. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto menegaskan pendidikan menjadi salah satu pilar kegiatan corporate social responsibility (CSR) Grup Astra sejak tahun 1974 hingga saat ini.
“Melalui sembilan yayasan, Grup Astra telah menyalurkan beasiswa kepada 191.868 penerima, mengembangkan 13.623 sekolah (dalam bentuk hardware, brainware dan software), melatih 28.649 guru dan membangun 20 unit rumah pintar di sembilan provinsi di Indonesia,” ujar Prijono.
Prijono mengemukakan, sembilan yayasan yang berada di bawah naungan Astra, sebagian besar menjalankan kegiatannya di bidang pendidikan. Kesembilan yayasan itu adalah Yayasan Toyota & Astra (YTA), Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Yayasan Astra Bina Ilmu (YABI), Yayasan Astra Honda Motor (YAHM), dan Yayasan Amaliah Astra (YAA).
Selain itu, Yayasan Karya Bhakti United Tractors (YKB UT), Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim (YPA-MDR), Yayasan Astra Agro Lestari (YAAL), dan Yayasan Insan Mulia Pamapersada (PAMA).
“Sebagian besar yayasan itu memokuskan kegiatannya dalam bidang pendidikan, terutama pemberian beasiswa dari jenjang SD, SMP, SMA, D3, S1, S2 dan S3, pembinaan sekolah dan pelatihan guru. Hal itu menunjukkan perhatian yang sangat besar Grup Astra dalam memajukan pendidikan di Indonesia,” papar Prijono.
Hal senada diungkapkan Direktur Pemasaran Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra. “Untuk mengentaskan kemiskinan, nomor satu menurut kami, adalah meningkatkan pendidikan. Kalau kita mau masyarakat kita, anak kita, menjadi lebih makmur, kita harus meningkatkan pendidikan,” tutur Amelia Tjandra (//Republika//, 28/12).
Prijono menyebutkan, kiprah Astra dalam bidang pendidikan bahkan menyasar hingga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pada Maret 2015, Astra kembali berpartisipasi pada acara Gebyar PAUD yang diadakan di Taman Mini Indonesia Indah dan dihadiri oleh Ibu Negara RI Iriana Joko Widodo dan Mendiknas Anies Baswedan. Grup Astra menjadi satu-satunya perusahaan swasta yang dipercaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mendukung acara ini.
Partisipasi Astra tahun ini merupakan kedua kalinya dalam Gebyar PAUD. “Terima kasih kepada Astra yang senantiasa menjadi mitra pengembangan PAUD di Indonesa,” ujar Anies Baswedan.
Prijono menegaskan, pada prinsipnya di mana pun instalasi Astra berada, harus memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya. “Bagi Astra, kegiatan bisnis tidak terlepas dari lingkungan dan masyarakat sekitar. Kami meyakini bahwa perusahaan tidak hanya harus menguntungkan, tetapi juga harus berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan butir pertama filosofi Catur Dharma, yaitu Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara,” tuturnya.
Prijono menjelaskan, bersama dengan 226.806 karyawan di 192 perusahaan di seluruh Indonesia dan sembilan yayasan, kegiatan corporate social responsibility (CSR) yang dilaksanakan Astra tidak pernah lepas dari SATU Indonesia.
//Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia// (SATU Indonesia) merupakan langkah nyata dari Grup Astra untuk berperan aktif serta memberikan kontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
“Semangat inilah yang melandasi Astra menjalankan kegiatan tanggung jawab sosial secara berkelanjutan melalui empat pilar utama, yaitu Pendidikan, Lingkungan, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau income generating activities (IGA) dan Kesehatan,” tutur Prijono Sugiarto yang merupakan penerima Asia Business Leader of The Year Award 2014 dan menjadi CEO pertama dari Indonesia yang Asia Business Leaders Awards (ABLA) sejak program tersebut pertama kali dilaksanakan 13 tahun yang lalu pada tahun 2001.