Selasa 05 Feb 2013 18:52 WIB

Terorisme (2-habis)

Professor Ahmad Syafii Maarif
Foto: Republika/Daan
Professor Ahmad Syafii Maarif

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Ahmad Syafii Maarif

Pada bagian akhir artikel itu, Galtung mencoba berandai-andai tentang Bush, sekiranya ia mengeluarkan pernyataan berikut ini pasca-Tragedi 9/11, dunia Islam akan memeluk Amerika:

"Hai rakyat Amerika; serangan kemarin atas dua bangunan, membunuh ribuan, adalah kejahatan yang kejam, sepenuhnya tak dapat diterima. Mereka harus ditangkap dan diadili oleh sebuah mahkamah internasional yang tepat, dengan mandat PBB yang jelas. Tetapi, pidato saya malam ini melampaui ini semua. Terdapat cacat yang serius dalam politik luar negeri kita, betapa pun punya niat yang baik. Kita menciptakan musuh-musuh melalui ketidakpekaan kita terhadap kebutuhan pokok rakyat di seluruh dunia, termasuk kepekaan keagamaan mereka.

Karena itu, saya sedang mengambil langkah-langkah berikut ini: menarik pangkalan militer kita dari Arab Saudi, mengakui Palestina sebagai sebuah negara, perinciannya bisa datang kemudian, melakukan dialog dengan Irak untuk mengindentifikasi sengketa-sengketa yang dapat diselesaikan, menerima undangan Presiden Khatami untuk tujuan serupa dengan Iran, mundur secara militer dan ekonomi dari Afghanistan, menghentikan intervensi militer dan berdamai dengan korbannya."

Itulah butir-butir pengandaian Galtung yang semestinya dilakukan Presiden Bush demi perdamaian dunia dan kebaikan bagi rakyat Amerika. Namun, sebagai seorang penganut Kristen fundamentalis yang prozionisme, dalam benak Bush sama sekali tak mungkin terbayang langkah-langkah rasional seperti itu.

"Sekiranya langkah itu dilakukannya, terorisme di muka bumi akan melemah secara drastis `karena telah kehabisan air untuk berenang'," tulis Galtung.

Inginkah tuan dan puan tahu berapa korban dan ongkos perang teror akibat petualangan Amerika dan sekutunya di Irak dan Afghanistan?

Di bawah ini adalah angka-angka yang patut diketahui oleh siapa pun agar lebih sadar bahwa perang itu jahanam sifatnya.

Jumlah rakyat Irak yang terbunuh adalah 1.455.590; pasukan Amerika yang dikorbankan di Irak bejumlah 4.883; pasukan internasional yang terbunuh di Afghanistan 3.257. Biaya perang di Afghanistan dan Irak sejak 2001 terbaca dalam angka ini: 1.416.840.695.528 dolar AS. Jika dirupiahkan, dikalikan saja dengan Rp 9.800, akan bertemu sebuah angka raksasa, bukan?

 

Kita belum lagi mencatat berapa jumlah yang cacat fisik dan mereka yang berubah ingatan akibat beban perang yang tak tertang- gungkan. Selanjutnya mari kita turun ke bumi nusantara untuk memantau gerakan terorisme sejak permulaan abad ke-21, dimulai dari bom Bali tahun 2002 yang membunuh korban warga asing dalam jumlah besar.

Sebenarnya sejak tertangkapnya Usamah bin Ladin, pada skala global gerakan teror telah jauh berkurang. Sudah tidak ada lagi tokoh karismatik yang diidolakan oleh para pengikut- nya. Dr Ayman Zawahiri, warga Mesir yang menggantikan Bin Ladin, tampaknya tidak bisa merebut karisma warga Saudi itu.

Demikian pula halnya dengan tertangkapnya Dr Azahari dan Noordin M Top, keduanya warga Malaysia, kekuatan teror di Indonesia telah kehilangan pemimpin yang relatif ditaati. Akibatnya, terorisme di sini telah menjadi semakin bersifat sporadis, sekalipun belum punah, Densus 88 masih mengejarnya.

Di samping Densus 88 yang selama ini ditugasi untuk melawan terorisme ini, telah dibentuk pula Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan untuk tingkat provinsi ada pula Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT). Kabarnya sekarang FKPT telah berdiri di 15 provinsi.

Saya yang pernah beberapa kali berdiskusi dengan pimpinan Densus 88 sampai pada kesimpulan bahwa untuk menanggulangi terorisme di Indonesia sampai tuntas, cara kekerasan tidak akan pernah efektif. Ada juga dugaan kuat dalam masyarakat bahwa Densus 88 tidak selalu profesional dalam menjalankan tugasnya.

Kabarnya tidak jarang berlaku terjadinya salah tangkap atas warga yang sama sekali bukan teroris. Ini jelas perbuatan zalim, apalagi jika sampai terbunuh.

Akhirnya, dari salah seorang jenderal polisi yang pernah memimpin Densus 88, saya diberi tahu bahwa terorisme akan bertahan lama jika keadilan sosial/ekonomi masih saja menggantung di awang-awang.

Artinya, terorisme akan kehilangan lahan untuk bergerak, sekali keadilan ditegakkan dengan jujur dan sungguh di Indonesia. Akan tetapi, siapa yang masih peduli dengan masalah ini? Politik kita bukan untuk menegakkan keadilan, tetapi untuk memanjakan para elite. Inilah yang sering saya kategorikan sebagai politik tunamoral.

sumber : Resonansi
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement