Ahad 21 Jun 2015 06:00 WIB

Merenggut Kebahagiaan

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia

"Halo, Mbah," kalimat sederhana terdengar dari ujung telepon di Jakarta. Suara Saskia, batita mungil berusia dua tahun, membuat sang nenek begitu bahagia. Semakin dia merindukan cucu yang belum pernah ditemuinya itu.

Lebaran lalu Saskia baru berusia satu tahun, terlalu kecil untuk diajak mudik. Tahun ini adalah saat tepat untuk memperkenalkan si kecil pada keluarga besar di kampung. Gadis cilik yang kehadirannya melalui penantian panjang hingga 12 tahun pernikahan.

Yono, sang ayah, sengaja membeli minibus bekas khusus untuk mudik Lebaran. Cukup lama juga ia menabung untuk mewujudkan impian mudik dengan mobil sendiri. Selama perjalanan, ia menyetir, bergantian dengan adik ipar yang juga bekerja di Jakarta. Di belakang, istri dan bayi mereka duduk berdampingan dengan sang adik. Di baris belakang, ada keponakan yang rela bersisian dengan setumpuk barang bawaan.

Belum lama berjalan, ponsel tuanya berdering. "Sudah sampai di mana?" tanya sang Ibu. "Baru masuk tol pertama, Bu. Masih di Jakarta. Nanti tak kabari kalau sudah dekat. Nih, cucunya mau ngomong lagi."

Sang istri menempelkan ponsel ke bibir si batita. "Halo, Mbah!" Mendengar suara imut cucunya membuat perempuan tua itu kian tak sabar menunggu.

Sepanjang perjalanan di hari pertama, ia selalu menelepon. Bertanya sudah di mana, sekaligus ingin mendengar cucunya menyapa, "Halo, Mbah!"

Tapi ada yang berbeda di hari kedua. Ketika dia menelepon, bukan suara akrab anak lelakinya yang terdengar, tapi pria lain dalam nada bicara yang sangat formal. "Halo, dengan siapa saya bicara?" "Ini Mbah, ini siapa?"

Suara di seberang awalnya samar, tapi semakin jelas terdengar semakin menyakitkan. Mbah jatuh pingsan sebelum semua informasi mampu diterimanya. Tapi sejak itu si Mbah tahu, tidak akan ada lagi suara anak, Saskia cucunya, atau keluarga tercinta di Jakarta yang akan didengarnya.

Sebuah bus melaju cepat, oleng, dan menabrak median jalan. Karena kecepatan tinggi kendaraan besar ini melewati median jalan dan masuk ke jalur dari arah berlawanan. Menabrak minibus berisi enam penumpang yang seluruhnya tewas seketika, termasuk Saskia. Menurut keterangan polisi hal ini terjadi disebabkan pengemudi bus yang mengantuk.

Mbah hanya salah satu dari begitu banyak keluarga yang kehilangan sosok tercinta ketika mudik. Lebaran yang seharusnya menjadi suasana sukacita, nyaris setiap tahun menjadi berita duka bagi sekitar seribu keluarga.

Mungkin ada yang menganggap tema mudik ini terlalu cepat untuk dibahas di awal Ramadhan. Tapi saya justru merasa persoalan tersebut harus dibahas intensif sedini mungkin agar persiapan bisa dilakukan lebih matang dan tidak terburu-buru. Faktanya, korban mudik setiap tahun masih menyentuh angka luar biasa.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pernah mengungkap bahwa jumlah korban kecelakaan mudik selama 20 hari lebih tinggi dari korban bencana alam dalam satu tahun. Contoh dramatis terjadi pada 2012. Korban mudik selama 20 hari mencapai 902 orang, padahal di tahun yang sama bencana alam selama satu tahun dari 13 macam bencana menyebabkan 641 orang meninggal, dan 226 orang hilang, atau keseluruhan 867 orang.

Presiden Jokowi baru saja meresmikan Tol Cikopo-Palimanan yang merupakan jalan tol terpanjang di Indonesia dan bagian dari sistem jalan tol Trans Jawa. Sebenarnya proyek ini baru siap pada Agustus, tapi karena mengejar mudik, pemerintah meminta agar diselesaikan lebih cepat. Tentu saja langkah ini harus diapresiasi sebagai bentuk kepekaan pemerintah pusat terhadap fenomena mudik di Tanah Air yang selalu menelan korban. Tapi masalah tidak selesai di sini. Masih ada sekitar 200 km jalan rusak di Jawa Timur dan jalan lainnya. Semua pihak harus bekerja keras agar korban saat mudik bisa diminimalkan.

Setiap pemerintah daerah harus berjuang menurunkan angka kecelakaan di wilayah mereka dan menjadikannya agenda serius untuk ditangani. Setiap pengusaha angkutan darat harus menyiapkan armada dan kru yang akan bekerja sebaik dan seaman mungkin. Setiap pemudik harus menjaga keselamatan dan disiplin lalu lintas.

Jika semua melakukan tugasnya masing-masing, insya Allah Lebaran tahun ini bersama-sama semoga kita bisa mengurangi jumlah korban kecelakaan mudik, hingga segenap lapisan masyarakat bisa menyambut Lebaran dengan suka cita tanpa harus menerima berita duka.

Semoga masih ada waktu untuk memperbaiki segala kekurangan terkait persiapan berbagai hal menjelang gelombang mudik tahun ini. Duka yang dirasakan si Mbah tak perlu menyapa kita. Jangan biarkan kecelakaan mudik terus berulang dan merenggut kebahagiaan keluarga di Hari Raya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement