REPUBLIKA.CO.ID, Dongeng emas apa yang pernah menghiasi masa kecilmu?
Dulu, saya sering mendengar kisah Jack and the Beanstalk, tentang seorang anak miskin bernama Jack, yang mendapat biji kacang ajaib. Pohonnya tumbuh hingga mencapai langit. Rasa penasaran mendorong sang bocah memanjat terus hingga menerobos gumpalan putih, tak disangka ia menemukan sebuah rumah di atas awan. Penghuninya sesosok raksasa pemangsa manusia. Ia memiliki angsa yang sanggup mengeluarkan telur emas. Singkat cerita Jack mampu mengamankan telur emas, juga angsanya, dan berhasil membunuh sang raksasa jahat. Ia hidup sejahtera kemudian menikahi seorang putri raja.
Kisah, yang konon sudah ada sejak 5.000 tahun ini, menunjukkan betapa emas sangat berharga dalam kehidupan manusia.
Sampai kini cerita tentang penemuan emas masih saja menarik untuk disimak. Sebut saja film legendaris Indiana Jones, seorang arkelog petualang yang berkeliling dunia mencari harta karun yang sebagian besar adalah emas. Atau National Treasure, mengisahkan seorang pemburu harta karun Amerika, naik turun goa, memecahkan sandi rahasia, demi menemukan emas yang disembunyikan pendiri Amerika.
Begitu juga film The Mummy, kisah pelacakan emas terpendam oleh arkeolog di Mesir yang justru membangkitkan mumi yang mengamuk. Setelah akhirnya mumi berhasil ditaklukkan dan harta ditemukan, butuh ratusan onta untuk membawa harta tersebut.
Dan terakhir tahun 2017, terbit cerita Kung Fu Yoga yang dibintangi Jackie Chan. Masih mengenai petualangan menarik mencari emas, menghadapi berbagai rintangan hingga sang tokoh sukses menjumpai patung emas raksasa dan kuil emas.
Semua dongeng atau fiksi di atas menunjukkan betapa emas bisa mengubah kehidupan manusia, mengubah sejarah.
Lalu manakah dongeng emas yang paling kaya? Dengan kisah timbunan emas paling berlimpah?
Ternyata kisah paling menggetarkan justru bukan dari negeri dongeng, melainkan kisah nyata di nusantara.
Namanya, Grasberg. Sebuah gunung emas di Papua.
Jika dongeng Jack dan Pohon Kacang Ajaib hanya menceritakan emas sebesar telur, maka Grasberg adalah telur emas sebesar gunung. Bayangkan, ada sebuah gunung yang tinggi menjulang bahkan belum juga habis dikeruk telah menciptakan lembah yang dalam.
Jika film The Mummy butuh beberapa onta, Indiana Jones bisa dibawa dengan ransel dan beberapa kuda, dan dalam National Treasure cukup diangkut dengan beberapa truk, maka emas di Emaspura—sebutan yang lebih tepat dari Tembagapura karena nilai emasnya lebih besar dari tembaganya—sudah dipindahkan dengan puluhan kapal setiap hari selama 50 tahun lebih— dan masih masuk dalam cadangan emas terbesar di dunia—bisa dibayangkan seberapa kaya negeri ini!
Jika di National Treasure atau di Kungfu Yoga para tokohnya harus turun ke goa mencari harta yang terpendam, di Emaspura orang bisa dengan mudah menyaksikan emas bahkan dengan mata telanjang dari dalam pesawat.
“Tambang emas di Timika ini paling mudah diambil, tidak perlu menggali, tidak perlu meneliti. Tinggal cangkul dan masukkan ke truk,” begitu kata seorang aktivis NGO.
Harta itu terhampar di atas permukaan tanah, anehnya untuk tambang yang begitu mudah dicari, Indonesia hanya mendapat 1% saja di masa lalu.
“Emasnya tidak dihitung investasi. Yang dihitung cuma persiapan alatnya. Ibarat kita punya emas sebesar gunung, orang modal truk dan cangkul, tapi ia menguasai 99% emasnya,” ujar seorang analis lainnya.
Berlebihan tapi ada benarnya.
Karena itu saat ini pemerintah sedang bernegosiasi dengan Freeport. Waktu yang tepat bagi banyak pihak untuk mendukung langkah pemerintah, agar sisa-sisa kekayaan alam kembali dalam kekuasaan negara demi kemakmuran rakyat sebagaimana amanah undang-undang.
Saatnya rakyat Indonesia membantu memviralkan, selamatkan Emaspura—Tembagapura—untuk bangsa. Sebelum telur emas sebesar gunung, tinggal sebatas dongeng pengantar tidur, yang menghias mimpi anak-anak Indonesia di masa depan.