REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara cerita berbingkai yang memukau jutaan pembaca di dunia ialah Kisah Seribu Satu Malam (Alf Layla wa Layla). Cerita berbingkai berasal dari India, tetapi yang mempulerkan ke seluruh dunia adalah penulis-penulis Arab Persia.
"Karya besar ini dilahirkan di Baghdad, ibukota atau pusat pemerintahan kekhalifatan Abbasiah. Versinya beragam. Ada yang ditulis untuk bacaan anak-anak dan remaja, ada yang ditulis untuk bacaan orang dewasa,'' kata Guru Besar Falsafah Kebudayaan Islam Universitas Paramadona, Prof DR Abdul Hadi WM, di Jakarta, Rabi (26/6).
Abdul Hadi yang juga menjadi salah satu perintis puisi Sufi Indonesia, menjelaskan kisah-kisah dalam Seribu Satu Malam ditulis oleh sejumlah pengarang dan rampung sekitar abad ke10 M. Tempat penulisannya ialah Baghdad.
"Cerita-cerita yang ada da di dalamnya berasal dari bnyak sumber seperti Mesir, Arab, Yunani, Persia, India, Cina, Asia Tengah dan lain sebagainya. Beberapa kisah sangat populer. Antara lain Alladin dan Lampu Wasiat, Alibaba dan 40 Penyamun, Sindbad Pelaut dan lain-lain,'' katanya.
Bahkan, lanjut Abdul Hadi, lahirnya cerita pendek (cerpen, short story) dalam sastra Inggris dan Eropa yang lain diilhami oleh cerita-cerita pendek dalam Kisah Seribu Satu Malam alias Alf Laya wa Layla itu. Ini terlihat misalnya dalam ilustrasi pada salah satukitab 1001 Malam dalam bahasa Inggris.
"Nah, seperti diketahui sejak abad ke-11 M kitab ini telah berulang kali diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa dan ribuan kali pula diterbitkan. Di Nusantara kisah ini dikenal melalui sadurannya dalam bahasa Melayu sejak abad ke-17 Masehi,'' ungkapnya.
Selain itu, kata Abdul Hadi, melalui kitab cerita berbingkai tersebut telah menjadi bukti tidak benarnya tudingan pejoratif terhadap kebudayaan Arab. Banyak pihak menuduh bahwa budaya Arab tertinggal dan tidak mempunyai sumbangan terhadap kazanah kebudayaan dunia.Bahkan lebih sadis kini ada tudingan tukang perang dan sarang konflik.
Ilustrasi Kisah 1001 Malam.
''Padahal kita tahu Arab menjadi lahan konflik karena wilayah itu kaya minyak. Semua orang berebut di sana, Nah kisah 'Seribu Satu Malam' ini menjadi buktinya. Jadi siapa yang kini berani mengatakan bangsa Arab tidak punya kebudayaan tinggi?,'' tambah Abdul Hadi.
Apalagi, tegasnya, jika kemudian Arab itu kemudian dipadukan dengan kebudayaan Persia dan Turki. Kemudian juga dipadukan dengan budaya India dan Melayu. Maka kisah 1001 Malam itu sendiri menjadi bukti besarnya pengaruh Arab terhadap kesusastraan Eropa.
"Produser film di Barat, khususnya Hollywood, telah berulang kali mengangkat kisah-kisah 1001 Malam ke layar lebar bahkan aneka serial televisi. Misalnya kisah Aladin dan Sinbad si Pelaut,'' tegasnya.