REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: William Henley*
Kemenangan. Sebuah kata yang akhir-akhir ini mewarnai perjalanan bangsa tercinta, Republik Indonesia (RI). Mengapa demikian? Karena negeri ini baru saja menuntaskan penyelenggaraan Asian Games 2018 yang resmi ditutup pada Ahad (2/9/2018).
Sebagai tuan rumah, Indonesia patut berbangga. Semua karena kemenangan tidak hanya diraih oleh para atlet di atas lapangan yang berbuah medali emas, perak, dan perunggu saja, melainkan juga pihak-pihak lain yang turut serta menyukseskan Asian Games 2018. Baik itu Inasgoc, sukarelawan, dan sosok-sosok di luar itu.
Bicara kemenangan, maka ada sebuah kemenangan penting yang terjadi di sela-sela gelaran pesta olahraga terbesar di Asia tersebut. Kemenangan itu hadir dalam bentuk pertemuan antara Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison di Istana Bogor, Jumat (31/8/2018).
Pertemuan itu memiliki makna penting dalam berbagai dimensi. Apalagi, Morrison baru menduduki jabatan PM selama beberapa hari. Namun, satu makna yang jauh lebih penting di atas itu adalah kesepakatan kedua negara mendeklarasikan tuntasnya perundingan dagang Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Kementerian Perdagangan dalam rilis kepada media menyatakan penyelesaian IA-CEPA merupakan tonggak sejarah baru dalam hubungan ekonomi kedua negara. "IA-CEPA bukanlah Free Trade Agreement (FTA) biasa tetap sebuah kemitraan komprehensif kedua negara di bidang perdagangan barang, jasa, investasi serta kerja sama ekonomi," demikian penilaian Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita.
Setelah ini, kedua negara akan menuntaskan detail naskah perjanjian dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Kemudian penandatangan direncanakan berlangsung pada November mendatang. Lalu, seberapa besar manfaat penuntasan IA-CEPA, khususnya bagi perekonomian Indonesia?