Senin 12 Aug 2019 18:17 WIB
Suara Mahasiswa

Milenial dalam Candu Gim Online

Orang tua perlu mendampingi aktivitas anak dalam bermain gim.

Rahmat Hidayat
Foto: dokpri
Rahmat Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rahmat Hidayat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Kehadiran gawai memunculkan fenomena gim daring (online game) di tengah milenial. Gim berbasis internet ini memiliki sifat menantang, membuat ketagihan, dan menyenangkan. Beberapa gim daring yang mendadak viral yakni Mobile Legend, PUBG, dan sebagainya.

Berdasarkan studi Mobile Marketing Association (MMA) tahun 2018, jumlah gamer di Indonesia mencapai 60 juta. Sedangkan, survei Entertainment Software Association (ESA) menyatakan 42 persen gamer adalah remaja milenial dan rata-rata bermain gim sebanyak tiga kali sehari dengan durasi satu jam lebih. 

Dewasa ini, milenial kita sedang dimabuk gim daring. Mereka rela duduk berjam-jam sambil asyik bermain gim. Permainan berbasis internet ini berhasil merubah gaya hidup dan merusak mental milenial. Waktu anak pun dijungkirbalikkan yang malam jadi siang, yang siang jadi malam. 

Menyikapi fenomena ini, orang tua perlu mendampingi aktivitas anak dalam bermain gim. Rata-rata, mereka bermain gim di rumah. Pendampingan ini tidak bermaksud melarang anak untuk bermain gim. Anak tetap perlu bermain gim sebagai hiburan. Bermain gim tidak menjadi masalah asal dipakai sesuai kebutuhan dan tidak menimbulkan candu. 

Dalam pendampingan, orang tua bisa mengurangi jatah kouta internet anak, memberi jadwal bermain game serta mengarahkan mereka kepada fitur-fitur internet yang edukatif. Problemnya, orang tua hari ini pandai memberikan gawai sejak dini tetapi lupa menjelaskan kepada anak cara penggunaan gawai yang produktif. 

Alih-alih mendampingi, justru orang tua sendiri yang tergiur dengan fitur gim online. Hakikatnya, digital parenting dapat diejawatahkan dengan keteladanan. Orang tua harus meminimalisir diri dari bermain gim daring di hadapan anak. Kalau tidak, mereka akan meniru dan terjerumus dalan candu gim daring.

Orang tua perlu menyadari bahwa faktor utama yang melatarbelakangi milenial kecanduan gim adalah minimnya perhatian orang tua kepada anak dan tidak adanya aktivitas yang menyenangkan di rumah. Selama ini, orang tua sibuk bekerja dan berbelanja dan lupa dengan pendidikan anak.

Orang tua perlu perhatian kepada anak. Misalnya, orang tua mengajak anak lari pagi setiap hari, semasa liburan orang tua bisa mengajak mereka rekreasi ke wisata edukatif, atau orang tua membudayakan baca cerita kepada anak. Hal ini merupakan strategi untuk menjauhkan anak dari gim daring.

Upaya preventif lainya adalah orang tua bisa mengalihkan permainan daring dengan dolanan anak seperti enggrang, dhakon, dan sebagainya. Pengalihan ini bertujuan untuk mengakrabkan mereka dengan budaya lokal setempat.

Sesungguhnya, perhatian orang tua adalah kunci utama untuk menyelesaikan persoalan gaming disorder. Mereka dituntut untuk memenuhi kebutuhan psikologi dan intelektual anak. Hari ini, yang mereka butuhkan adalah perhatian orang tua, bukan gim daring ataupun gawai. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement