REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menjamurnya bazar Ramadhan di setiap masjid perlu dicermati umat. Sebab, ada potensi kehadiran bazar Ramadhan justru meningkatkan sikap konsumtif umat.
"Jangan sampai kehadiran bazar lupa mengedepankan syiar Islam yang seharusnya digeliatkan selama Ramadhan," tutur Kepala Bagian Pembinaan Mualaf Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Anwar Sujana, kepada Republika.co.id, Rabu (10/8).
Anwar menjelaskan pola konsumtif umat selama Ramadhan cukup mengkhawatirkan. Artinya, pola hidup sederhana seperti yang diteladankan Nabi Muhammad SAW dalam menjalani Ramadhan seolah menjadi angin lalu. "Kini kehidupan konsumtif tidak lagi merangsek masuk wilayah pribadi, tetapi wilayah masjid. Maka dari itu, umat jangan sampai tergelincir dengan sikap konsumtif itu," kata dia.
Nyatanya, kata Anwar, umat telah benar-benar tergelincir. Itu terbukti dari komersialisasi Adzan. Nanti, bisa saja, tarawih atau tadarus dikomersilkan. "Kita ini sudah menghadapi virus yang masuk ke dalam darah dan daging. Akibatnya kita luput dengan masalah yang terjadi," kata dia.
Karena itu, Anwar melihat pentingnya umat menjaga berkah Ramadhan melalu sikap menahan diri dari sikap konsumtif lantaran masih ada 11 bulan lainnya. Misalnya saja, hari raya lebaran. "Coba tengok saja, hewan-hewan qurban, kurus semua. Itu karena berkahnya sudah dihabiskan saat Ramadhan," papar dia.
Anwar mengharapkan agar umat jangan sampai berlebih-lebihan dalam merayakan sesuatu. Jangan sampai sikap konsumtif itu menutupi syiar Islam. "Jangan sampailah," pungkas dia.