REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH – Jelang melakoni laga lanjutan Indonesia Premier League (IPL), Arema harus melakoni duel internal. Dua kubu, yakni kubu pelatih Milomir Seslija dan pelatih Abdurrahman Gurning, terus berseteru jelang lawatan ke kandang Persiraja Banda Aceh, Sabtu (14/1).
Terakhir, latihan yang direncanakan dilakukan bersama kedua kubu justru batal. Walhasil 14 skuat Arema dipimpin Noh Alamasyah berlatih tanpa adanya arahan dari sang arsitek. Padahal, latihan yang digelar pada Rabu (11/1) itu merupakan persiapan akhir jelang laga lawan persiraja.
Uniknya, di laga melawan Persiraja, manajemen Arema belum bisa memastikan siapakah yang akan memegang kendali di lapangan, apakah Seslija atau Gurning. Masalah pun makin meruncing ketika manajemen memilih memberangkatkan 24 pemain yang terdiri atas 13 pemain asuhan Seslija dan 11 besutan Gurning.
Kapten Tim, Noh Alamsyah, mengaku menghormati kebijakan manajemen yang mengakomodir kemungkinan bermainnya dua kubu secara bersama. Namun, dia mengaku heran dengan keputusan tidak dibawanya Dendi Santoso dan Alfarizi.
“Saya sangat memahami kekecewaan mereka. Terlebih keduanya telah bermain baik di laga sebelumnya,” kata penyerang timnas Singapura ini kepada wartawan.
Nama Along sendiri turut dibawa menajemen Arema IPL ke Banda Aceh. Along bersama Muhammad Ridhwan dan Roman Chmelo sempat absen di laga terakhir Arema lawan Persija.
Konflik internal Arena tidak terlepas dari klaim kepemilikan antara kubu Lucky Ayub Zainal dan Muhammad Nur. Konflik Arema terjadi jauh sebelum berputarnya Indonesia Premier League. Bahkan akibat konflik kepemilikan ini, keikutsertaan Arema dalam Kongres PSSI Solo dibatalkan. Kubu Lucky Ayub memilih Abdurrahman Gurning sebagai pelatih, sedangkan Nur berada di balik kontrol tim asuhan Milomir Seslija.