REPUBLIKA.CO.ID, Salah seorang dari golongan Anshar maju menyerbu hingga tewas. Hal itu berulang hingga ke tujuh orang itu semuanya terbunuh. Kemudian orang terakhir dari ketujuh orang tersebut adalah Imarah bin Yazid bin As-Sakan, saudara laki-laki Asma’.
Dia maju menyerang hingga terluka dan terjatuh. Beberapa lama kemudian datang sekelompok orang Islam kepada Rasulullah SAW. Mereka menghalau tentara musyrikin menjauh dari Imarah.
Rasulullah SAW bersabda, “Dekatkan ia padaku!” Kakinya diberi bantal, lalu meninggal dengan pipi menempel pada kaki Rasulullah SAW.
Dalam pertempuran ini syahidlah Yazid bin As-Sakan (saudara laki-laki Asma’), Amir (anaknya Asma’), Ziyad bin As-Sakan (paman Asma’), dan ayah Asma’, Kesyahidan anggota keluarganya menambah kecintaan Asma' pada jihad. Dia bergabung dalam berbagai pertempuran bersama Rasulullah SAW.
Asma' turut menghadiri Baiat Ridwan, dan ketika itu dia ikut berbaiat di bawah pohon. Dia menyaksikan Fathu Makkah dan pengepungan Khaibar. Dia menyaksikan perang Yarmuk, ketika itu sembilan orang tentara Romawi beserta pembawa panjinya terbunuh.
Asma’ cukup berbangga karena dialah satu-satunya wanita Anshar yang berbaiat pertama kali kepada Rasulullah SAW bersama Kabsyah binti Rafi’, ibunda Sa’ad bin Mu’adz.
Perawi Hadits dan Ahli Fikih
Perhatian Asma’ binti Yazid terhadap hadits Nabi sangat besar. Dia mengambil dan mencatat setiap hadits Rasulullah SAW yang didengar oleh kedua telinganya. Selain itu, dia juga mencintai ilmu dan suka bertanya.
Dia memiliki keberanian untuk meminta penjelasan dan bertanya kepada Nabi SAW. Oleh karena itu, dia menjadi satu-satunya wanita Anshar yang banyak meriwayatkan hadits Nabi. Dia berhasil meriwayatkan sebanyak 81 hadits Rasulullah SAW.
Asma' juga dikenal sebagai sosok yang dermawan dan mengutamakan orang lain. Suatu ketika dia datang ke rumah Rasulullah dan membawakan tulang yang masih berdaging dan beberapa roti. Rasulullah kemudian memerintahkan para sahabat memakannya dengan membaca bismillah. Subhanallah, makanan itu tidak habis-habis meskipun yang ikut makan pada waktu itu berjumlah 40 orang.
Setelah Rasulullah SAW wafat, Asma’ pergi ke Syam. Dia menyampaikan hadits di sana dan menjadi satu-satunya wanita yang menyampaikan hadits di wilayah itu. Asma' menetap di Damaskus dan meninggal di sana pada tahun 69 H pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, dan dikuburkan di pemakaman Bab As-Saghir.