REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Garam harus menjadi tuan tumah di negeri sendiri. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, menuturkan bahwa Indonesia seharusnya tak perlu mengimpor garam, karena produksi dalam negeri sudah cukup.
Politisi partai Golkar ini berpendapat lahan garam yang dimiliki sudah mencukupi kebutuhan 2,9 juta ton garam nasional. "Tak ada alasan untuk mengatakan garam itu impor," ujar Fadel dalam seminar 'Garam kita, tuan di negeri sendiri', Kamis (12/4).
Ia yakin dengan lahan seluas 50 hektare yang ada, tidak termasuk PN Garam, Indonesia bisa terbebas dari impor garam. Bagi Fadel, persoalan impor kini bukan hanya sebatas masalah 'suplay and demand' namun masalah ideologis. Menurut dia, impor itu merupakan kebiasaan dan sudah membudaya.
Selain itu, Fadel juga yakin, garam industri bisa diproduksi di dalam negeri. Menurut dia, garam yang diolah di Madura dengan berbagai teknologi telah berhasil diperoleh kadar NaCL sekitar 99,8 persen. Garam itu, kata Fadel diperoleh dengan penambahan zat aditif. "Hasil garam Madura dengan alas keramik melebihi garam industri," tambahnya.
Dengan lahan yang begitu luas, ia memperkirakan Indonesia bisa memproduksi 3 juta ton. Ia mengungkapkan petani garam hanya perlu diperkenalkan teknologi, pelatihan, dan diberikan manajemen pendidikan untuk peningkatan produktivitas garam.
Peneliti dan praktisi garam rakyat Hasan Ahmad mengungkapkan teknologi sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi garam. Terbukti, melalui sentuhan teknologi produksi garam bisa meningkat dan menambahkan penghasilan petani selama tiga tahun terakhir.