REPUBLIKA.CO.ID, Protein yang mampu memberikan 100 kilo kalori pada tubuh menghabiskan 30 kilo kalori dari cadangan energi di dalam tubuh. Sementara karbohidrat dan lemak sama-sama mengonsumsi empat kilo kalori dari cadangan energi yang tersimpan di dalam tubuh.
Aktivitas proses metabolisme ini berlangsung selama enam jam atau lebih setelah santap makan, sehingga membentuk kepayahan tersendiri pada tubuh. Pencurahan potensi otot merupakan faktor terpenting yang menyebabkan kenaikan tingkat rata-rata metabolisme tetap tinggi, tidak saja selama pengurasan energi otot, melainkan juga sesudahnya, dalam tempo waktu yang lama dan mencukupi.
Begitulah kesuksesan puasa Islam yang ideal, yang tecermin dalam konsistensi menjaga makan sahur dan menjaga keseimbangan dalam pola makan dan mobilitas selama puasa, sebagai sebuah sistem diet yang efektif dalam mengatasi obesitas.
Sementara starvasi panjang yang menerapkan sistem 'mogok makan' secara total akan mengakibatkan penurunan metabolisme akibat kelambatan kerja sistem syaraf simpati serta menurunnya adrenalin serta neurodrenalin yang berenang-renang di dalam tubuh.
Inilah yang menjelaskan kepada kita, mengapa orang yang ingin menurunkan berat badannya dengan sistem starvasi pada mulanya mengalami penurunan berat badan yang drastis, namun setelah itu tingkat penurunannya terus- menerus melambat.
Hal ini karena sebagian besar berat badan yang terbuang pada hari-hari pertama starvasi sebenarnya hanyalah air yang ada dalam tubuh yang penuh dengan cadangan energi disertai garam yang mengiringinya.
Jadi, jika ingin menurunkan berat badan yang juga dinilai ibadah, berpuasalah! Dibalik syariat Allah SWT pasti terkadung hikmah-hikmah yang tak terhingga. Tentunya, yang harus diluruskan kembali adalah niat berpuasa haruslah ikhlas semata-mata tunduk untuk menjalani perintah Allah, bukan yang lain.