REPUBLIKA.CO.ID, Pada bulan ini perbanyaklah olehmu empat perkara, dua perkara kamu dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sendiri membutuhkannya. Dua perkara yang kamu dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu ialah syahadat bahwa tiada tuhan melainkan Allah dan permohonan ampun kepada-Nya (istigfar). Adapun dua perkara yang justru kamu sendiri membutuhkannya ialah memohon surga dan berlindung dari neraka.
Barangsiapa memberi minum kepada orangyang berpuasa maka Allah akan memberinya minum dari telaga surgaku yang dia tidak akan merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk surga." (HR. Ibnu Khuzaimah)
Ekspresi kegembiraan menyambut datangnya bulan Ramadhan yang penuh rahmat dan anugerah selama tidak menyimpang dari lingkaran ajaran hukum Islam, rasanya ditolerir bahkan dianjurkan sebab menjadi bagian dari syiar Islam, di samping merupakan petunjuk adanya geliat keimanan dalam dada.
Rasa tidak suka akan hadimya Ramadhan jangan-jangan mempakan indikasi kekufuran atau setidak-tidaknya gejala menipisnya keimanan.
Allah SWT berfirman, "Katakanlah, 'Dengan karunia Allah dan rahmAt-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmAt-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Akan tetapi, bersamaan dengan kegempitaan menyambut dan menyongsong bulan Ramadhan dengan beragam perayaan atau yang lain, ada hal penting lain yang tidak boleh diabaikan, yaitu menumbuhkan motivasi dan kesiapan mental berupa himmah 'semangat' dan azam 'kesungguhan' yang kuat untuk mempergunakan bulan suci yang penuh hikmah kali ini dengan sebaik-baiknya.
Sahabat Ali bin Abi Thalib kala melihat hilal (bulan sabit) tanggai 1 Ramadhan, maka dia berseru dalam doanya, "Ya Allah, masukkanlah bulan yang mulia ini kepada kami dengan aman dari gangguan penyakit, langgar dari berbagai kesibukan, dan berikanlah kami kerelaan (kepuasan) untuk tidak banyak tidur dalamnya."
Marhaban Ya Ramadhan...