REPUBLIKA.CO.ID, Setelah fakta-fakta ilmiah mengenai tubuh manusia dan proses asimilasi makanan di dalamnya berikut bahaya-bahaya overdosis makanan, para ilmuwan pun menyerukan perilaku moderat dalam mengonsumsi makanan dan minuman.
Mereka juga mengampanyekan perlunya puasa bagi manusia sebagai terapi pencegahan sekaligus pengobatan, serta sebagai upaya memperoleh beragam manfaat dan keuntungan puasa yang diringkas oleh Dr. Alan Cott dalam bab pertama bukunya Puasa Medis sebagai jawaban atas pertanyaan "mengapa kita berpuasa?"
Dengan puasa, pikiran kita pun akan serasa jauh lebih baik sekaligus memperlambat penuaan. Dalam semua bab bukunya, Dr Alan selalu menyertakan penjelasan ini sambil tidak lupa mengajak para dokter agar menerapkan puasa sebagai terapi pengobatan dan pencegahan berbagai penyakit.
Hal senada dikemukakan oleh H.M. Syelton dalam bukunya, At-Tadawa bi Ash-Shaum (Pengobatan dengan Puasa). Ia tegaskan, bahwa puasa memberikan masa rehat yang sempurna bagi organ-organ vital yang penting, menghentikan absorbsi makanan yang terurai dalam usus, mengosongkan saluran pencernaan untuk membersihkannya dari bakteri dan fermentasi.
Selain itu, puasa juga memberikan kesempatan sistem pengosongan untuk mengulangi pengaktifannya, memperbaiki dan meremajakan kimia fisiologis dan sekresi-sekresi alamiah, mempermudah absorbsi berbagai macam sedimen, gumpalan, dan sekresi yang menyimpang, memperbaiki semua fungsi tubuh, meremajakan sel-sel dan jaringan,
Selian memperbarui organ dengan menyingkirkan jaringan mati dan lemah dan menggantinya dengan jaringan yang baru dan muda. Dalam buku tersebut, Shelton mengalokasikan dua bab tersendiri untuk mengupas masalah penyembuhan berbagai penyakit ganas dan kronis dengan terapi puasa.