REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Harga jengkol yang tinggi dimulai sekitar pertengahan Mei yang lalu. Sebelumnya harga komoditas ini hanya sekitar Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram (kg).
"Sudah 40 tahun harganya segitu saja, baru tahun ini naiknya drastis," ujar Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran, Kamis (6/6).
Harga jengkol yang bergerak cepat menurutnya karena pedagang kurang pasokan. Kiriman jengkol dari sentra produksi lambat dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pohon jengkol di daerah produsen juga banyak yang ditebang untuk diambil kayunya.
Produksi yang menyusut pun semakin menipis akibat aksi pembalak liar. Meski aksi ini sudah lama terjadi, namun harga baru terpengaruh saat ini. Selain itu bulan ini juga bukan musimnya panen jengkol.
Ngadiran mengimbau pedagang untuk tidak panik. Jengkol, menurutnya, hanya barang temporer, lain seperti misalnya cabai dan bawang. "Ini kan barang kesenangan orang, kalau memang pasokan tidak ada ya jangan jualan jengkol," katanya.