Kamis 13 Jun 2013 11:48 WIB

Pasar Industri Manufaktur Boneka Indonesia Masih Terbuka Lebar

Industri Boneka (Ilustrasi)
Foto: antarafoto
Industri Boneka (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peluang industri manufaktur boneka Indonesia dinilai masih terbuka lebar baik untuk pasar domestik maupun pasar internasional. "Peluang besar tersebut sayangnya hanya dimanfaatkan oleh segelintir pengusaha besar saja dan masih sedikit yang mengembangkannya," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia Widjanarko dalam acara 'Kick Off Pekan Kreatifitas Boneka Indonesia 2013' di Jakarta, Kamis (13/6).

Pasar industri manufaktur boneka di Indonesia, menurut dia, segmennya luas dari mulai anak-anak hingga setelah dewasa sekalipun. Pihaknya memprediksikan total kebutuhan boneka di Indonesia mencapai rata-rata 375 juta per tahun belum termasuk produk yang dipesan untuk souvenir/promosi. Dengan begitu, di dalam negeri dibutuhkan setidaknya 2.000 pelaku industri kecil menengah bidang manufaktur boneka agar bisa memenuhi kebutuhan boneka dalam negeri.

Sementara untuk pasar ekspor, sejumlah negara maju di Eropa, Amerika Serikat, hingga Jepang telah melayangkan permintaan yang besar kepada sejumlah pengusaha pembuatan boneka di tanah air.

"Selama ini industri boneka sudah menciptakan rangkaian operasional usaha yang memiliki peluang besar dan peran penting dalam menciptakan lapangan kerja, sekaligus memberikan kesempatan pada masyarakat untuk memanfaatkan kreatifitas mereka untuk meningkatkan dan memperbaiki hidup," katanya.

Hadapi masalah

Namun, pihaknya melihat para pelaku usaha industri boneka atau mainan di Indonesia terutama yang masih berskala industri rumahan hampir selalu menghadapi masalah dalam pengembangan usaha mereka. "Mereka ini masih hanya menjadi sebatas penjahit yang tidak boleh mengubah pola, jadi tergantung pesanan sehingga kreatifitas tidak berkembang," katanya.

Selain itu, akses mereka terhadap kebutuhan para pembeli juga rendah atau dengan kata lain pengusaha kurang mengetahui jenis boneka atau mainan yang diinginkan pasar. Salah satu pengusaha boneka yakni Direktur PT Leonsehati Katharina Gosal mengatakan keterbatasan itu pula yang membuat para pelaku usaha di bidang industri boneka di Indonesia menjadi lemah kedudukannya saat berhadapan dengan para buyer baik dari dalam maupun di luar negeri.

"Hal itu terutama dari segi negosiasi harga maupun dari bentuk kreatifitas boneka yang dikerjakan," kata Katharina.

Kendala lain yang dihadapi adalah bahan baku yang masih dimonopoli segelintir pemasok, kurangnya komunikasi dengan para pembuat kebijakan, dan skala bisnis yang masih kecil dengan modal yang sangat terbatas.

Sementara itu Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Disain dan IPTEK Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Harry Waluyo mengatakan pihaknya yakin usaha manufaktur boneka dan mainan lokal bisa berkembang. "Kami memberikan perhatian besar bagi industri yang mendukung pengembangan industri kecil menengah," katanya.

Industri tersebut, kata Harry, memiliki potensi bisnis yang mampu memberikan peluang kerja bagi masyarakat Indonesia sekaligus peluang usaha yang menjanjikan.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement