Jumat 28 Jun 2013 20:56 WIB

Ekuador Merasa Diperas AS Terkait Snowden

Rep: Nur Aini/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
 Seorang pengunjuk rasa memegang poster dukungan bagi Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan informasi rahasia tentang program pengintaian AS, di luar gedung Konsulat Jenderal AS di Hong Kong, Kamis (13/6).    (AP/Kin Cheung)
Seorang pengunjuk rasa memegang poster dukungan bagi Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan informasi rahasia tentang program pengintaian AS, di luar gedung Konsulat Jenderal AS di Hong Kong, Kamis (13/6). (AP/Kin Cheung)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Ekuador menarik diri dari perjanjian perdagangan dengan Amerika Serikat. Negara tersebut mengklaim pihaknya menjadi instrumen pemerasan Washington karena pembocor rahasia intelijen AS, Edward Snowden meminta suaka negara tersebut.

Snowden yang mendapat tuduhan spionase AS telah membocorkan informasi rahasia pada program mata-mata AS. Dia diyakini bersembunyi di bandara Moskow.

Meski mendukung mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS tersebut, Ekuador belum mempertimbangkan aplikasi suaka Sowden.

"Apa dia diizinkan masuk wilayah Ekuador? Ini sesuatu, yang pada prinsipnya, belum kami pertimbangkan," ujar Presiden Rafael Correa dilansir Al-Jazeera. Dia mengatakan akan memeriksanya. Hanya saja, ujarnya, Snowden saat ini berada di Rusia.

Pendiri WikiLeaks, Jualian Assange, telah membantu Snowden dan mengatakan Ekuador telah memberi Snowden dokumen pengungsi. Amerika Serikat telah mencabut paspor Snowden.

Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Patrick Ventrell mengatakan pemberian suaka Snowden akan menciptakan kesulitan bagi hubungan bilateral. "Jika mereka mengambil langkah itu, akan memiliki dampak yang sangat negatif," ujarnya.

Namun, seorang pejabat AS telah membantah bahwa pakta perdagangan bilateral digunakan sebagai pemerasan dalam kasus tersebut. Dia bersikeras Washington ingin mempertahankan hubungan ekonomi dengan Ekuador.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement