REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin meminta masyarakat untuk tidak berselisih karena perbedaan awal Ramadhan.
Menurutnya, kemungkinan besar awal Ramadhan akan berbeda. Muhammadiyah akan memulai puasa pada Selasa. "Sementara pemerintah kemungkinan besar akan memulainya pada Rabu (10/7)," ujar Ma`ruf Amin dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (8/7).
Ma'ruf mengatakan, perbedaan terjadi karena metode yang digunakan untuk menentukan awal puasa juga berbeda. Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal, sementara NU berpegang pada rukyat.
Masyarakat, kata Ma'ruf, hendaknya bersikap toleran dan tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan termasuk perbedaan paham keagamaan serta menghindarkan diri dari perbuatan yang sia-sia.
Dia menjelaskan, Umat Islam hendaknya tetap menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah dengan tetap mendudukkan perbedaan sebagai rahmat. "Masyarakat juga jangan melakukan pemborosan yang mendatangkan kemudaratan bagi diri sendiri," ujarnya.