REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Karut marut perpolitikan di Mesir tak menyurutkan langkah umat Islam di Negeri Piramid ini untuk menyemarakkan bulan suci Ramadhan.
Selasa (9/7) malam, Republika berkesempatan menunaikan shalat Tarawih malam pertama Ramadhan di Kairo, Mesir, tepatnya di Masjid Al-Auladi, Ma'adi, salah satu kawasan mewah di Kairo.
Shalat Tarawih diikuti ratusan orang, baik anak-anak, remaja, wanita, dan dewasa. Shalat dilaksanakan sebanyak delapan rakaat dengan empat kali salam, diselingi tausiyah singkat setelah empat rakaat pertama. Setelah itu, witir tiga rakaat yang atas dua dan satu rakaat.
Umumnya, Shalat Tarawih di Mesir terdiri atas 11 rakaat. "Namun, ada juga yang melaksanakannya 23 rakaat," kata Dr Muhammad Abdurrahman Musa, imam besar Masjid Al-Auladi kepada Republika seusai pelaksanaan shalat Tarawih dan witir.
Abdurrahman yang juga dosen Perbandingan Agama Universitas Al-Azhar, Kairo, menambahkan, setiap hari Tarawih di masjid tersebut membacakan ayat Alquran sebanyak satu juz. Dengan demikian, pada akhir Ramadhan bisa tamat 30 juz.
Ia menyebutkan, banyak kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Al-Auladi sepanjang Ramadhan. Di antaranya, musabaqah hizil Quran (MHQ) dari tingkat anak-anak, remaja, dan dewasa.
Juga, lomba hafal Alquran terdiri atas satu juz, dua juz, setengah Alquran, dan satu Alquran atau 30 juz. "Biasanya, pesertanya mencapai sekitar 400 orang," kata Abdurrahman.
Kegiatan lainnya adalah tausiyah rutin setiap ba'da Ashar dan setiap malam setelah empat rakaat shalat Tarawih. Demikian pula setiap ba'da Subuh, ada siraman rohani yang bertujuan menggerakkan hati kaum Muslimin untuk bangkit menuju kemenangan.
Pada tausiyah malam pertama bulan suci ini, Abdurrahman mengajak para jamaah menyambut datangnya Ramadhan karim dengan penuh gembira dan mengisinya melalui berbagai amal ibadah. Dia lalu mengutip salah satu hadist yang sangat terkenal tentang keutamaan Ramadhan.
"Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman wahtisaban maka Allah akan mengampuni dosanya, baik sebelumnya maupun sesudahnya." Hadis yang lain, "Barang siapa yang mendirikan Ramadhan dengan iman wahtisaban maka Allah akan mengampuni dosanya sebelumnya maupun sesudahnya."
Pada kesempatan tersebut, Abdurrahman mengaku terkesan dengan negera Indonesia. Menurutnya, Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia dan mempunyai kekuatan ekonomi yang sangat besar. "Sayangnya, saat ini dilemahkan oleh Barat, terutama Amerika Serikat dan Israel," paparnya.
Abdurrahman juga mengaku dia adalah bahits atau peneliti yang mencari fakta apa yang terjadi di balik musibah Aceh. Ternyata, kata dia, ada oknum tertentu yang tega berbuat buruk kepada para korban tsunami tersebut. Mereka mengambil organ-organ tubuh manusia dan menjualnya ke pasar gelap, ujarnya.
Dia juga menyoroti Pemerintahan Mesir saat ini yang menurutnya dipengaruhi iming-iming materi. Sebelum berpisah dengan jurnalis Republika, dia sempat minta didoakan.
"Kita saudara sesama Muslim. Anda besok akan musafir (perjalanan kembali ke Indonesia-- Red). Tolong doakan negara Mesir supaya lekas terlepas dari konflik politik yang saat ini terjadi," ujar Muhammad Abdurrahman Musa.
Hingga kini, situasi di Mesir masih dalam keadaan tidak menentu pascajatuhnya presiden dari Ikhwanul Muslimin, Muhammad Mursi. Pemerintahan transisi yang mengambil alih mencoba menenangkan massa yang marah dengan penggulingan tersebut.
Tapi, usaha itu sepertinya belum berhasil. Lembaga keagamaan yang cukup disegani di Mesir, Al-Azhar, mengingatkan akan timbulnya perang saudara jika insiden ini tidak bisa diredam.