REPUBLIKA.CO.ID, Bagi sebagian Muslimin, bulan Ramadhan menjadi momen yang sangat dinanti. Namun, bagi sebagian lain, merasa berat karena harus berpuasa sepanjang hari. Tentu banyak hikmah di balik perintah puasa. Bagaimana puasa membentuk kekuatan bagi jiwa dan pribadi Muslimin, wartawan Republika Afriza Hanifa mewawancarai Ustaz Fadzlan Garamatan. Berikut petikannya.
Sejak dahulu, puasa dilakukan banyak umat beragama. Bagi Muslimin, apa hikmah di balik puasa?
Puasa itu dari kata “menahan”. Mengumpulkan energi. Energi kepada siapa? Kepada jiwa dan kepada Allah. Pendidikan dari menahan itu artinya seorang manusia atau hamba itu yang harusnya makan, minum, bersetubuh, lalu ketika Allah meminta menahan maka apa ynag menjadi rahasia menahan itu. Yang pertama adalah memberi kesempatan pada jiwa untuk selalu menuruti kemauan Allah. Memberikan ruang dan waktu untuk mengikuti kemauan Allah, selalu dekat dengan Allah. Kalau sudah mengikuti kemauan Allah pasti ada kebaikan.
Kedua, menahan ini juga bisa membangun kejujuran. Membangun energi kepada kesalehan sosial atau kepedulian. Menahan ini juga bisa untuk merasakan apa yang dirasakan anak yatim dan fakir miskin. Maka, muncul rasa kepedulian itu. Simpati itu.
Ketika orang memiliki konsep ini maka ia akan makin dekat kepada Allah. Jika sudah dekat maka hidup seseorang enjoy happy damai sejahtera. Kenapa? Karena bulan puasa itu mendidik seseorang untuk menjemput keberkahan. Ada tiga tahap untuk menuju itu.
Tahap apa saja, Ustaz?
Tahap pertama, yakni rahmat. Orang yang menahan itu mendapat rahmat. Ketika menahan maka menahan ini adalah ibadah, amal shaleh. Kepedulian saat berbuka juga amal shaleh. Tapi, rahmat yang terbesar adalah ketika berbuka. Dengan air putih saja, ketika membaca doa berbuka puasa maka dia menjadi segar dan enak rasa.
Kedua, dengan menahan itu Allah memberikan ampunan. Karena kemampuan menahan itu Allah memberikan ampunan. Hadiahnya ampunan Allah. Karena punya kesanggupan menahan dengan pembebasan dari api neraka. Inilah tahap ketiga.
Bahkan, tidak saja itu, di dalam kemampuan menahan itu Allah juga memberikan malan seribu bulan. Maka orang yang punya kemampuan menahan sungguh-sungguh, justru semakin dia happy dan menikmati. Semakin dia merasakan, semakin membagi, maka penampilan semakin dekat dengn Allah. Karena menahan itu lahir menjadi orang bertakwa. Jadi, tidak perlu cemas, bulan puasa itu punya kemampuan.
Lebih terperinci, bagaimana dampak sosial kemasyarakatan dari puasa?
Puasa adalah memberikan manusia kesempatan untuk mendapat kehidupan sempurna. Untuk mendapat kehidupan sempurna harus menanggung risiko. Perintah puasa menghasilkan kecerdasan energi dan raga maka dia siap menjalani kehidupan termasuk risiko apa pun. Dan pada akhirnya, dia mendapat kebaikan dari Allah maka dia pun hidup senang.
Rasulullah bersabda, dalam hadis qudsi, “Seluruh amalan adalah untuk diri sendiri, namun puasa untuk-Ku”. Jika ibadah puasa ini untuk Allah maka kita harus bahagia. Ini untuk membuat Allah senang. Dan, Allah akan langsung membalasnya.
Bagaimana dengan keutamaan yang didapat?
Semua hari-hari Ramadhan memiliki keutamaan. Bahkan, di saat sebelum datangnya, saat kita baru menyambutnya saja, itu banyak keutamaan. Itu untuk memberi kesempatan hamba-Nya untuk merebut kebaikan. Allah menyediakan banyak keutamaan, pahala yang berlipat. Ini kesempatan hamba untuk meningkatkan kuantitasnya. Ketika kita ingin kuantitas itu berkualitas maka mendekatkan diri kepada Allah seperti perbanyak baca Quran, peduli zakat infak sedekah, berbagi dengan orang lain, beriktikaf sempurna di masjid, dan sebagainya. Sehingga, mereka menjadi seseorang yang tidak ada beban dalam hidup kecuali semangat.
Yang mendapat keutamaan itu pada akhirnya juga menjadi produsen “alhamdulillah”. Selalu membuat kebaikan. Dan, kebaikan itu menyebut alhamdulillah, memuji Allah. Kepedulian kepada fakir kiskin, begitu dinikmati mereka akan mengatakan alhamdulillah. Maka, bukan orang menerima yang mengatakan alhamdulillah saja, tapi yang memberilah yang menjadi produsen alhamdulillah.
Jadi, umpama Anda pulang cari nafkah, dapat honor dari kantor, lalu beli oleh-oleh untuk ibu di rumah. Saat menerima, ibu mengatakan alhamdulillah. Andalah yang menjadi produsen alhamdulillah karenanya ibu kemudian memuji Allah. Maka, kita membuat semakin banyak orang untuk memuji Allah. Bukan hanya harta, namun juga ilmu dan nasihat.