REPUBLIKA.CO.ID -- Berasal dari keluarga pengusaha fashion, sejak kecil Dian Pelangi akrab dengan dunia mode.
Pengalaman melihat ayah dan bundanya berinteraksi dengan batik dan songket Palembang menjadi bekal awalnya bereks perimen dengan kain, motif, warna, dan tentunya desain busana.
Ia juga pandai berdandan dengan gaya hijab yang khas. “Saya awalnya hanya mencari gaya hijab yang cocok untuk saya kenakan,” kenang perempuan bernama asli Dian Wahyu Utami ini.
Teman-teman kuliah terkesan dengan cara Dian berpakaian. Beberapa di antaranya minta agar Dian merancang baju untuk mereka. Blog dianrainbow.com pun menjadi referensi para pecinta mode busana Muslimah.
Mereka termanjakan dengan tutorial hijab dan gaya tabrak warna yang menjadi ciri khasnya sejak 2009. Antusiasme pecinta fashion terhadap gaya Dian menginspirasi lahirnya label DP, second line dari label Dian Pelangi yang diperkenalkan sang bunda lebih dari 22 tahun silam.
“Baju-baju yang sering aku pakai ialah baju labelku sendiri,” kata Dian yang rajin mengunggah fotonya di Facebook, Twitter, dan Instagram ini.
Sebagai bloger, Dian berteman dekat dengan bloger Muslimah di belahan bumi lainnya. Kedekatan itu memudahkannya untuk mendatangkan bloger kondang sebagai pembicara di Sisterhood, ajang silaturahim Dian Pelangi menjelang Ramadhan.
Tahun lalu, Dian mengajak bloger kondang Hana Tajima yang keturunan Inggris-Jepang dan Dina Tokio yang keturunan Arab ke Indonesia.
Ke duanya datang dari Inggris untuk memeriahkan Sisterhood 2012. Awal Juli 2013, ia menghadirkan Ascia Akf yang terkenal sebagai fashion blogger asal Kuwait untuk hadir pada event yang sama.
Beragam pengalaman hidup tersebut memantapkan langkah Dian di dunia desainer mode profesional. Ia seolah tak mengalami kesulitan berarti dalam menembus pasar.
Mengusung batik tye die, ia pun mendapatkan tem patnya sebagai salah satu trend setter busana Muslim. Pecinta fashion dari berbagai negara pun menjadi konsumen setianya. “Saya ingin membuat kreasi yang berbeda namun tetap di garis-Nya,” kata salah satu pendiri Hijabers Community ini.
Dian berharap, Muslimah yang masih takut untuk berhijab bisa segera menutup auratnya dengan sempurna. Terlebih, bukan cuma gamis dan abaya saja yang tersedia di pasaran.
Banyak alternatif gaya busana Muslimah yang dapat dipilih untuk memantapkan hati. Ia telah membuktikan, hijab bukan penghalang bagi Muslimah untuk berkarya. “Justru busana Muslim dengan hijab syar’i menjadi identitas nan membanggakan,” tutur perempuan berusia 22 tahun ini.
Melihat bermunculannya perancang busana Muslim, Dian merasa tak terganggu. Dia justru senang mendapatkan teman seperjuangan. Persaingan adalah hal lumrah dalam berbisnis.
“Itu bukan penghalang melainkan pemecut kreativitas,” komentar Dian yang menyebutkan pashmina dan hijab sebagai produknya yang paling laris.
Sibuk ragam bisnis fashion, Dian tak kesulitan membagi waktu dengan keluarganya. Ia bersyukur label Dian Pelangi menjadi usaha keluarga yang dikelola bersama orang tua, saudara, dan juga suaminya.