REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Banyak cara menyelematkan diri dari bahaya narkoba. Pondok Pesantren di Bantul Yogyakarta membentuk kader anti narkoba salah satu caranya.
Hal itu dilakukan, mengingat jaringan peredaran narkoba sudah mampu menembus celah tersulit seperti penjara. Wajar, bila kemudian ulama khawatir jaringan peredaran narkoba bisa menembus pondok pesantren.
''Pondok Pesantren perlu menyiapkan serangkaian aksi. Salah satunya, pembentukan Kader Anti Narkoba dalam Ponpes,'' ungkap Atmo Turido, Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) An-Nur Ngrukem, Bantul, Yogyakarta.
Atmo Turido menjelaskan hal itu dalam acara Sosialisasi Pembentukan Kader dan Satgas Anti Narkoba di lingkungan STIQ An-Nur di Rumah Budaya Tembi, Selasa (23/7).
Meski belum pernah ada kasus narkoba di Ponpes, namun lebih baik pondok pesantren membetengi diri. "Ketika pengedar narkoba sudah bisa masuk ke Ponpes, mereka sudah merasa memiliki prestasi besar. Ini yang harus dibetengi," tegas Atmo.
Diakuinya saat ini pondok pesantren banyak berbenah dan memiliki berbagai kemajuan pesat. Ponpes telah memiliki jaringan luas, lebih terbuka sehingga jika tidak memiliki benteng pertahanan akan memudahkan pengedar narkoba masuk Ponpes.
"Hal terberat adalah membangkitkan kesadaran. Apalagi di STIQ An-Nur merupakan Perguruan Tinggi yang wajib terbuka dan memperluas jaringan. Maka dari itu kegiatan membetengi narkoba sangat penting," ujarnya seraya menambahkan dari 360 mahasiswa, 200 mahasiswanya yang masuk ke Ponpes.
Dijelaskan Atmo, narkoba sangat menarik dan memiliki dampak negatif yang luar biasa. Hal yang menjadi keprihatinannya adalah pengguna narkoba justru dari keluarga berada. Sementara Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) DIY, Budhiharso, menambahkan dampak narkoba berbahaya bagi kesehatan baik jasmani dan rohani.
Ciri orang yang berisiko besar menggunakan narkoba di antaranya berjiwa pemberontak, mudah depresi, cemas, memiliki perilaku menyimpang, kurang percaya diri, mudah kecewa, agresif, murung dan pemalu.
Ciri lainnya, pendiam, mudah jenuh, memiliki keinginan untuk bersenang-senang secara berlebih, memiliki komunikasi yang rendah serta kurang menghayati iman dan kepercayaan.