REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto masih berkeyakinan kekuatan Indonesia terletak di laut.
Menurut dia, integrasi Indonesia, baik secara ekonomi, pertahanan serta sosial budaya hanya mungkin terwujud jika potensi kelautan terus ditingkatkan dan dikembangkan lebih jauh. Industri kelautan tidak terbatas pada perikanan dan hasil budidaya kelautan lain.
"Kita juga harus memperkuat industri maritim serta industri pertahanan berbasis laut. Industri maritim dan industri pertahanan berbasis laut harus dikembangkan dengan pendekatan kewilayahan dan bukan sentralistik," katanya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.
Meski memiliki garis pantai yang terpanjang serta jumlah pulau terbanyak di bumi, dengan wilayah 70 persen adalah laut. Namun, kata Suryo, dalam banyak hal Indonesia merupakan negara yang masih lemah dalam hal industri kelautan, pertahanan di laut, kesejahteraan dari laut dan sumber daya manusia bahari.
Lebih lanjut dia mengatakan, dalam industri kelautan Indonesia belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Sebab, perhubungan laut, khususnya dalam penggunaan kapal dan tongkang masih banyak digunakan kepemilikan asing.
Di lain pihak, industri pembuatan dan perbaikan kapal tidak kunjung berkembang. "Sekarang ini saja diperkirakan hanya terdapat sekitar 250 usaha galangan kapal untuk melayani 12 ribu populasi kapal di Indonesia," tuturnya.
Menurut dia, investasi di perkapalan merupakan investasi besar dengan return on investment (ROI) tidak tinggi. Di lain pihak industri perkapalan juga tidak mendapatkan hak istimewa dari lembaga keuangan untuk kredit jangka panjang.
"Regulasi dalam perkapalan juga masih menjadi kendala dalam investasi dan kegiatan usaha," ucapnya.
Pihaknya mengimbau langkah pertama yang harus dilakukan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkatian dengan industri maritim bisa didorong dan didukung untuk berkembang secara efisien dan efektif. BUMN seperti PT PAL, PT Koja, PELNI, PT ASDP, dan PT Pelindo perlu dijadikan pelopor dan national flag carrier dalam industri maritim.
Sementara itu, kata Sharif, salah satu penyebab lemahnya sektor perikanan nasional adalah sumber daya laut yang banyak dicuri oleh pihak asing. Para nelayan juga masih menggunakan perahu tradisional yang tidak mampu berlayar off-shore.
Di lain pihak, kapal nelayan asing mampu berlayar di laut bebas dilengkapi dengan cold storage dengan sistem navigasi canggih dan mesin kapal yang kuat.
"Kita perlu memodernisasi industri perikanan laut yang melibatkan nelayan kecil. Peran nelayan kecil tidak hanya untuk menangkap ikan tetapi juga bisa menjadi penjaga bagi laut dan pantai kita," ujarnya.
Menurut dia, dengan perhatian dan kebijakan yang berpihak maka nelayan kecil akan menjadi kuat dan sejahtera.
Kesejahteraan bagi nelayan itu akan memberi dampak positif bagi pertahanan pantai Indonesia yang demikian panjang dan laut yang demikian luas.
Dia menegaskan, visi pembangunan yang selama ini berorientasi daratan perlu dikoreksi agar perhatian juga bisa terfokus ke laut. Kejayaan bahari sejak jaman dulu perlu kembali dipupuk semua komponen bangsa, tak terkecuali oleh para pengusaha dan pemerintah.