REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin (4/10) pagi bergerak melemah sebesar 15 poin menjadi Rp11.350 dibanding posisi sebelumnya (1/10) Rp11.335 per dolar AS.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) AS sampai ke kondisi makro ekonomi Indonesia dinilai belum membaik hingga memicu pelemahan nilai tukar rupiah.
"Pemerintah AS yang tidak menyampaikan imbas dari berhentinya kegiatan (shutdown) dalam rapat FOMC mendorong tanda tanya di kalangan investor sehingga pemodal lebih memilih
Dari dalam negeri, lanjut dia, publikasi inflasi Oktober sebesar 0,09 persen atau lebih rendah dari periode yang sama di tahun sebelumnya belum mendorong nilai tukar rupiah menguat.
Selain itu, kata Reza, neraca perdagangan Indonesia yang kembali mengalami defisit senilai 657,2 juta dolar AS menambah tekanan bagi rupiah.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Ruly Nova menambahkan bahwa jumlah pengangguran AS dan indeks manufaktur AS yang positif mendorong mata uang dolar AS menguat terhadap mayoritas nilai tukar dunia.
"Optimisme pelaku pasar terhadap ekonomi AS cukup positif sehingga ekspektasi terhadap pengurangan stimulus keuangan AS bisa dipercepat dari estimasi sebelumnya," katanya.