REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Batam sudah menghentikan penggunaan pembangkit listrik diesel. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan.
"Pembangkit diesel biayanya besar. Selain itu kami juga mengikuti imbauan pemerintah untuk tidak lagi memakai pembangkit bertenaga bahan bakar minyak (BBM)," ujar Direktur Operasional PLN Batam M Tagor Sidjabat, Sabtu (28/12).
Meskipun demikian, perseroan masih memiliki beberapa pembangkit diesel. Namun pembangkit ini hanya dipakai untuk keperluan darurat.
Selama ini PLN Batam menggunakan dua jenis pembangkit, yaitu tenaga gas dan tenaga batubara. Sekitar 70 persen pembangkit adalah gas. Gas dipakai karena lebih hemat dibandingkan pembangkit tenaga lain.
Sayangnya, baru 20 persen pembangkit listrik PLN yang dimiliki sendiri. Sisanya merupakan kerja sama dengan perusahaan lain dengan sistem independent power producer (IPP).
Sekretaris Perusahaan Kurnia Rumdhony mengatakan, ke depan perseroan akan menambah jumlah pembangkit sendiri untuk mendukung kecukupan listrik di Batam.
PLN Batam tengah membangun pembangkit listrik sendiri sebesar 2x100 megawatt dengan nama Batam I dan II. "Diharapkan dengan tambahan pembangkit ini kepemilikan sendiri menjadi 50 persen," ujar Kurnia.
Daya PLN Batam saat ini adalah sebesar 392 megawatt dengan beban puncak 310 megawatt. Beban puncak terjadi pada 24 September 2013 pada pukul 14.00 WIB.
Kecukupan listrik di Batam membuka kesempatan untuk menyalurkan listrik ke pulau lain di Kepulauan Riau (Kepri). PLN Batam berencana melakukan interkoneksi dengan Pulau Bintan untuk mengaliri listrik di ibukota Kepri, Tanjungpinang. Diharapkan interkoneksi menjawab masalah listrik di Pulau Bintan.