REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank sentral AS, the Federal Reserve, tengah melakukan pemangkasan stimulus moneter atau tapering off. Tapering off tersebut membuat aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, ke New York. Negara-negara berkembang lain, seperti Turki dan India, menaikan suku bunga acuan agar dana tersebut tidak keluar.
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengatakan BI rate tidak perlu dinaikan karena rupiah sudah mulai stabil. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), rupiah terdepresiasi sebesar 20 persen pada 2013. Nilai tukar rupiah hari ini sebesar Rp 12.260 per dolar AS. "Biarkan saja, kenapa? Karena neraca perdagangan kita justru stabil bagus," ujar Tony, Senin (3/2).
Terlebih lagi, menurut Tony, depresiasi rupiah telah mendorong ekspor. Harga barang dari Indonesia lebih murah karena pelemahan rupiah. Ekspor yang meningkat membuat neraca perdagangan surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Desember 2013 surplus 1,52 miliar dolar AS, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar yang 776 juta dolar AS.