Senin 28 Apr 2014 09:51 WIB
Kilang Minyak

Proyek Langit Biru Kilang Cilacap Bisa Tekan Impor BBM

Pengamat perminyakan Kurtubi
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pengamat perminyakan Kurtubi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pengamat energi, Kurtubi, meminta kepada Direksi PT Pertamina (Persero) untuk segera menjalankan Proyek Langit Biru Kilang Cilacap (PLBC), Jawa Tengah, lantaran manfaat yang diperoleh bakal luar biasa.

PLBC merupakan salah satu proyek strategis yang mampu meningkatkan produksi bahan bakar minyak (BBM) oktan tinggi setara Pertamax dan bisa mengurangi ketergantungan produk BBM dari luar negeri (impor BBM, red). Proyek ini terkendala akibat berlarutnya proses tender, meski telah dibuka sejak April 2013. "Proyek kilang ini jauh lebih murah ketimbang membangun kilang baru. Pertamina harus cepat menyelesaikan proyek ini karena berkontribusi untuk menekan ketergantungan produk BBM dari luar negeri," kata Kurtubi di Jakarta, Ahad (27/4).

Sampai saat ini, PLBC belum berjalan karena ada kendala teknis pada tender proyek tersebut. Pertamina diketahui menaikkan interest rate of return/IRR (tingkat pengembalian modal) lelang PLBC dari 10 persen menjadi 14 persen untuk meningkatkan efisiensi proyek.

Sesuai dokumen yang diperoleh, perubahan IRR itu menyebabkan harga perkiraan sendiri (HPS) proyek menjadi turun dari 338 juta dolar AS menjadi 266 juta dolar AS. Akibatnya, tahap penawaran lelang PLBC yang menyisakan dua peserta lelang yakni konsorsium JGC-JGC Indonesia dan Toyo-IKTP mesti diulang. JGC sebelumnya menawar 350 juta dolar AS dan Toyo 430 juta dolar AS.

Namun, setelah diulang karena perubahan IRR, JGC tetap tidak merubah penawarannya yakni 350 juta dolar AS dan Toyo sedikit berkurang menjadi 420 juta dolar AS. Revisi penawaran yang diajukan kedua konsorsium itu masih jauh di bawah harga yang diinginkan Pertamina setelah perubahan IRR yakni 266 juta dolar AS. Dengan JGC saja, penawaran berselisih 84 juta dolar AS atau hampir Rp 1 triliun.

Menurut Kurtubi, persoalan tersebut tak seharusnya terjadi. Sebab dengan penawaran budget dan IRR awal, dana tersebut sudah cukup memadai dalam menjalankan proyek ini. "Ini kan murah ketimbang bangun kilang minyak. Direksi Pertamina tidak boleh punya interest pribadi. Acuannya harus kepentingan nasional," katanya

Di samping itu, ia menambahkan, IRR 14 persen terlalu tinggi dan hanya mengedepankan aspek komersial semata. Seharusnya Pertamina juga melihat aspek strategis dari proyek ini. Indonesia perlu meningkatkan produksi BBM oktan tinggi dan mengurangi ketergantungan produk BBM dari luar negeri.

Tender PLBC dibuka 12 April 2013 yang diikuti 13 perusahaan terdiri dari enam perusahaan migas nasional dan tujuh dari perusahaan migas asing. PLBC mencakup pekerjaan revamping platforming unit dengan kapasitas 18,6 ribu barel per hari dan pembangunan isomerization berkapasitas 21,5 ribu barel per hari.

Melalui proyek yang masuk MP3EI tersebut, Pertamina berharap memperoleh tambahan premium beroktan tinggi, sehingga mengurangi ketergantungan produk BBM dari luar negeri.

Selain PLBC, Kilang Cilacap juga tengah berjalan pembangunan residual fluid catalytic cracking (RFCC) yang groundbreaking-nya dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir 2011. n ed: zaky

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement