REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia melonjak pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah persediaan minyak mentah di Amerika Serikat secara tak terduga jatuh dari rekor tertingginya, menunjukkan permintaan yang lebih baik di konsumen minyak mentah terbesar dunia itu.
Kontrak berjangka minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, melompat 1,27 dolar AS dari Selasa menjadi ditutup pada 100,77 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni naik 1,07 dolar AS menjadi menetap di 108,13 dolar AS per barel di perdagangan London.
Departemen Energi AS (DoE) mengumumkan bahwa cadangan minyak mentah AS berkurang 1,8 juta barel dalam pekan yang berakhir 2 Mei. Ini mengalahkan ekspektasi pasar untuk kenaikan sebesar 1,2 juta barel.
"Penurunan tajam menunjukkan permintaan minyak lebih kuat dari yang diharapkan pada akhir April, yang konsisten dengan beberapa data AS lainnya yang telah kita lihat akhir-akhir ini, terutama penggajian non pertanian," kata analis Fawad Razaqzada di situs perdagangan Forex.com.
Tetapi laporan DoE "bearish" pada permintaan bensin ketika AS bersiap untuk musim mengemudi pada liburan musim panas. Cadangan bensin naik 1,6 juta barel, lebih dari 100.000 barel yang diperkirakan oleh analis.
"Ini mengambil keterangan dari laporan minyak yang dinyatakan bullish," kata Razaqzada.
Pasar minyak mentah juga didukung oleh kesaksian Ketua Federal Reserve Janet Yellen di Kongres.
The Fed diperkirakan memerlukan waktu yang cukup lama sebelum menormalisasi kebijakan sukunya, dan sebagian besar pejabat Fed memperkirakan untuk menormalkan kebijakan sukunya pada 2015 atau 2016, Yellen mengatakan di hadapan komite ekonomi gabungan Kongres.
Bank sentral AS mengumumkan pemotongan pembelian obligasi bulanan lebih lanjut pada pertemuan kebijakan April, sebesar 10 miliar dolar AS menjadi 45 miliar dolar AS mulai Mei, sementara menegaskan kembali sikap kebijakan moneter yang sangat akomodatif tetap sesuai.