Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Adi bin Hatim al-Thaiy menyaksikan juga Imam Ali makan dengan sangat sederhana.
Ia bertanya, “Tuanku, aku melihat engkau berpuasa dan berjihad pada siang harimu, serta banyak salat pada waktu malammu, sedangkan engkau makan dengan potongan roti seperti ini?
Imam Ali menjawab, “Hai Adi, dengarkan. Sesungguhnya kalau kamu memperturutkan nafsumu, ia akan mendorong kamu pada kekecewaan dan ketidakpuasan.”
Hal ini seperti kata penyair Hatim bin Abdillah, “Sungguh, jika kau ikuti nafsumu dan farjimu, keduanya akan menjerumuskanmu pada puncak kehinaan.”
Lalu, apa yang kita peroleh jika kita mengendalikan syahwat perut dengan lapar? Salah satunya adalah dapat membersihkan hati dan menajamkan mata batin. Kata al-Syibli, “Setiap hari aku melaparkan perutku, pintu hikmah dan (pelajaran) terbuka bagiku.”
Kata Yazid al-Bisthami, “Lapar itu mega. Bila perut lapar, dari hati akan tercurah hujan hikmah. Bila lapar memancarkan kearifan, kenyang akan melahirkan kedunguan.”
Nabi bersabda, “Cahaya kearifan adalah lapar, menjauh dari Allah adalah kenyang, mendekati Allah ialah mencintai fakir dan miskin dan akrab dengan mereka. Jangan kenyangkan perutmu, nanti padam cahaya hikmah dalam hatimu.”
*Koordinator Pengkajian JIC