REPUBLIKA.CO.ID,
Kemenag menganggarkan Rp 142 juta untuk sidang itsbat.
JAKARTA – Secara serentak, Jumat (27/6) akan dilakukan rukyatul hilal atau pengamatan bulan baru. Melalui pengamatan ini ditetapkan awal Ramadhan. Sejumlah tim tersebar di puluhan titik.
Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ghazali Masruri mengungkapkan, posisi hilal tahun ini saat pengamatan rendah. ‘’Posisinya berada pada nol derajat 25 menit 47 detik,’’ katanya, Rabu (25/6).
Ia mengakui, kondisi cuaca pada saat dilakukannya rukyatul hilal seringkali menjadi hambatan pemantauan. Namun, mengenai prediksi cuaca nanti, setiap daerah akan berbeda-beda. Tim Lajnah Falakiyah PBNU menyebar di 90 titik.
Setelah melakukan pengamatan, mereka melaporkan hasilnya ke pusat. Setelah itu, Lajnah Falakiyah membawanya dalam sidang itsbat untuk diputuskan pemerintah, yang kemungkinan berlangsung pada Jumat sore.
Dalam keyakinan NU, ujar Ghazali, pada dasarnya bisa memutuskan sendiri awal Ramadhan. Namun, pemerintah memiliki hak prioritas penuh. ‘’Kalau sudah diputuskan di sidang itsbat, kami menyebarluaskannya.’’
Sebelumnya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan satu Ramadhan 1435 Hijriyah jatuh pada 28 Juni 2014. Pakar astronomi, Muji Raharto memprediksi awal Ramadhan tahun ini berpotensi besar berbeda.
Ia beralasan, ketinggian hilal belum mencapai dua derajat atau ketinggian minimal untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Cuaca mendung atau cerah saat pengamatan pada Jumat, tidak berpengaruh pada terlihat atau tidaknya hilal.
Ketinggian hilal yang belum dua derajat, jelas dia, terjadi ri seluruh wilayah Indonesia. Namun bagi Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab, berapapun ketinggian hilal jika sudah di atas ufuk maka dinyatakan awal Ramadhan telah tiba.