REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Seratusan warga Muhammadiyah mengikuti shalat Isya dilanjutkan salat tarawih berjamaah di Masjid Jami' Al Huda Muhammadiyah Tebet Timur, Jumat (27/6) malam. Jamaah tersebut menjalankan salat tarawih delapan rekaat dilanjutkan salat witir tiga rekaat.
Sebagaimana ketetapan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, awal Ramadhan ditetapkan pada Jumat malam dan hari pertama puasa pada Sabtu (28/6). Sebelum pukul 19.00 WIB sejumlah jemaah sudah memadati Masjid Jami' Al Huda.
Dalam kesempatan itu, Ketua Pengurus Masjid Al Huda, Nurul Hilmi, menyampaikan tausiyah. Dalam tausiyahnya, Nurul menyampaikan ramadhan salah satu alat sarana yang diberikan Allah SWT untuk merontokkan dosa-dosa manusia kepada Allah SWT. Dosa yang bisa digugurkan selama ibadah Ramadhan, lanjutnya, hanya dosa-dosa kecil kepada Allah SWT.
Sementara dosa-dosa besar harus melalui taubatan nasuha. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran yang artinya siapa yang mendirikan atau menegakkan bulan-bulan ramadhan dengan kegiatan ibadah dengan ikhlas kpd Allah akan diampuni dosa-dosanya yang sudah lalu.
"Mudah-mudahan di bulan Ramadhan yang sangat baik ini untung alhamdulillah kita masih sampai di bulan Ramadhan, tapi kita nggak tahu apakah ini Ramadhan terakhir buat kita. Anggaplah Ramadhan kali ini Ramadhan terakhir sehingga kita serius menjalankan ibadah," jelasnya.
Sementara dosa-dosa kepada manusia harus minta maaf kepada yang bersangkutan. Taubat tidak hanya kepada Allah SWT tapi manusia juga harus saling mengingatkan. Agar bersih lagi dosa yang sudah ada. Dia juga menyampaikan untuk bertobat jangan menunggu sore hari tapi secepatnya bertaubat.
"Gunakan sehatmu sebelum datang sakit, muda sebelum tua, gunakan luangmu sebelum sibuk dan manfaatkan hidup sebelum mati," jelasnya.
Seorang warga Tebet Timur RT 005/RW 002, Dwi Arya (30), mengaku selalu salat tarawih berjamaah di Masjid Al-Huda. Menurutnya, bulan ramadan merupakan bulan training atau pelatihan selama sebulan.
Di mana Allah menyiapkan sarana untuk memperbaiki perilaku umat Islam. Dia mengikuti terawih pada Jumat malam itu sebagai sikap patuh terhadap ketetapan majelis Muhammadiyah. Menurutnya ketetapan Muhammadiyah lebih masuk akal dan bisa diterima masyarakat luas.
"Soal perbedaan awal ramadhan semua punya alasan tinggal kita menghormati perbedaan awal ramadan. Perbedaan jangan jadi sebuah kebencian satu sama lain, kita tetap umat islam," kata dia.